Senin, 03 Desember 2012

refleksi tanggal 27 Novembe 2012


Guru Sebagai Fasilitator Pendidikan

Setiap manusia menginginkan pendidikan bagi diri sendiri dan keluarga sebagai arah kemajuan akan kehidupannya. Belajar dapat dilakukan dengan melalui pendidikan formal dan non formal. Pendidikan formal dilakukan di sekolah-sekolah dan pendidikan non formal dilakukan melalui menggali sendiri pengetahuan itu, baik dengan membaca dan membaca akan buku-buku, materi-materi sesuai dengan bidang yang didalami. Dalam hal ini, guru sebagai fasilitator pendidikan dalam menyampaikan pembelajaran kepada siswa harus mendesain sedemikian agar pembelajaran yang diakukan dapat lebih mudah untuk dipahami dan diterima oleh siswa. Pendidikan lebih berdasarkan pada pengalaman a posteriori, dengan melakukan terlebih dahulu suatu kegiatan kemudian baru akan memperoleh sebuah kesimpulan atau pengalaman atas apa yang dilakukan. Kebanyakan pendidikan yang dilakukan oleh guru didasarkan atas pengalaman yang dilakukan para pendahulunya dan terus mengikuti tanpa melakukan pengembangan akan pengetahuan yang dimiliki, tanpa menyesuaikan atas apa yang terjadi pada diri siswa pada situasi sekarang. Setiap siswa memiliki karakteristik berbeda-beda, dalam menerima pemahaman materi yang disampaikan guru. Untuk itu guru perlu memahami karakteristik yang seperti apa yang diinginkan siswanya, agar pembelajaran yang dilakukan dapat memperoleh keberhasilan. Guru harus selalu membangun pengetahuan yang dimilikinya, agar tidak terjebak mitos yang selalu mengiringi  perjalanannya.
Seorang siswa sebelum melakukan kegiatan belajar, tidak mengerti apa-apa atas apa yang akan dilakukan dalam kegiatan belajar nantinya. Setelah kegiatan belajar dilaksanakan, pemahaman yang ada dan yang mungkin ada akan berkembang sedikit. Kemudian setelah kegiatan itu beberapa waktu berjalan, pemahaman akan semakin bertambah dan bertambah, dan pemahaman itu menjadi tumbuh dan berkembang. Hingga pada akhirnya siswa itu mampu memiliki pemahaman yang besar dan mampu bermanfaat bagi orang di sekelilingnya, keluarga dan masyarakat. Karena manusia itu tidak mampu hidup sendiri, manusia tercipta sebagai makhluk sosial sehingga perlu adanya sosialisasi dengan manusia yang lain sebagai bentuk aplikasi terhadap pengetahuan yang dimiliki.
Belajar harus berasal dari hal yang konkrit agar pemahaman yang dilakukan menjadi lebih mudah, sebagai seorang siswa pembelajaran yang dilakukan dengan media atau pengalaman yang nyata akan lebih mudah diterima oleh siswa daripada berdasarkan pada logika dan angan-angan. Siswa akan merasa sulit menerima pemahaman yang didasarkan pada logika dan angan-angan, karena dengan berpikir menjadikan siswa bingung terhadap pemahaman yang akan dilakukan. Pendidikan yang dilakukan oleh guru sekarang ini berdasarkan pada guru lebih mendominasi siswa, guru lebih mengetahui atas apa yang diajarkan, guru bersifat pasif, guru merasa menguasai dunia. Ini merupakan mitos yang telah berjalan bertahun-tahun hingga sampai saat ini. Sehingga pembelajaran yang berlangsung bersifat monoton tanpa berpikir realism terhadap kondisi sekarang. Guru tidak berpikir ideal, akan keterbatasan yang dimiliki oleh manusia, untuk itu individu perlu saling menghargai dan berpikir bahwa manusia memiliki banyak keterbatasan sehingga tidak mengetahui dunia seutuhnya untuk itu manusia perlu adanya membangun pengetahuan yang dimiliki secara terus menerus dan tidak mudah puas akan hasil yang dicapai.
Setiap manusia memiliki karakter yang berbeda-beda, karakter dapat dibangun melalui interaksi tentang yang ada dan yang mungkin ada. Seseorang yang belajar harus memiliki alat, sikap, kemampuan, keahlian dan pengetahuan. Hal tersebut harus saling melengkapi demi tercapai sifat dari pembelajaran yang dilakukan. Dengan belajar, manusia agar memperoleh kemampuan yang objektif sehingga dapat dimanfaatkan bagi orang lain yang membutuhkan. Guru yang mempunyai kemampuan yang terus dibangun akan lebih memberikan pengetahuan yang lebih luas daripada guru yang tidak membangun pengetahuan yang dimiliki dan hanya berdasarkan pada mitos bukan pada logos.

Pertanyaan :
1.      Bagaimana sikap dalam membangun seorang pelajar agar pola pendidikan dapat mencapai tujuan, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa ?
2.      Darimana menumbuhkan pemahaman dan perbaikan pola pendidikan yang berlangsung saat ini, karena banyak yang tidak sesuai dengan karakteristik siswa ?

Selasa, 27 November 2012

refleksi tanggal 20 november


Pendidikan Sarana Kemajuan Bangsa

Filsafat itu merupakan olah pikir, seseorang tidak menyadari bahwa dirinya berfilsafat. Seorang yang berfilsafat tidak akan pernah berpikir bahwa dirinya sedang berfilsafat. Berfilsafat itu berjalan dengan sendirinya, tanpa mau dikontrol dan mampu menempati pada ruang dan waktu. Seperti seekor kera yang tidak memikirkan apa yang telah dan akan dilakukannya, dilakukan secara tiba-tiba atau sebuah aktivitas yang tidak terkontrol oleh pikiran yang sebelumnya. Sehingga sifat dari kemampuan berpikirnya adalah bersifat a posteriori. Sedangkan manusia memiliki kemampuan berpikir yang bersifat a priori dan a posteriori, kemampuan a posteriori lebih berdasarkan pada pengalaman yang telah atau sedang berjalan, sedang a priori akan berpikir yang akan memunculkan intuisi dalam dirinya sehingga respek terhadap berbagai macam persoalan.
Sejarah filsafat ketika itu didominasi oleh gereja, segala sesuatu yang benar berasal dari gereja. Bumi itu sebagai pusat orbit tata surya pada zaman dlu, mneurut kitab gereja. Kemudian banyak yang tidak mengakui, Nicolas Copernicus menyatakan bahwa yang menjadi pusat tata surya sebenarnya adalah adalah matahari karena seluruh galaksi mengelilinginya. Filsafat berkembang sejak katolik, yang lebih dikenal dengan filsafat katolik yang berkembang hingga sekarang ini. Filsafat katolik mendasari semua filsafat yang berkembang, baik yang dibawa oleh islam atau yang lainnya. Filsafat yang dibawa islam sesungguhnya filsafat yang dimiliki oleh katolik, yang diselamatkan dari peperangan yang terjadi antara islam dan katolik dimana semua karya-karya katolik banyak yang dihilangkan dan sebagian telah diselamatkan dan dibawa umat islam dan kemudian dikembangkan. Selanjutnya perang yang kedua umat islam yang terkalahkan dan katolik memperoleh kejayaan. Jadi setiap filsafat yang berkembang hingga sekarang ini filsafat katoliklah yang melatarbelakangi kemampuan berfilsafat yang lainnya.
Setiap manusia menginginkan memperoleh pendidikan yang layak demi tercapainya kemakmuran dan kesejahteraan hidupnya untuk masa sekarang dan masa mendatang. Sebuah pendidikan mampu memberikan sumbangan yang begitu besar bagi kelangsungan sebuah negara, pola-pola kepemimpinan yang akan dilanjutkan dan perkembangannya. Pendidikan dapat dilakukan dengan formal dan non formal, keduanya dapat dijalankan oleh semua pihak yang mebutuhkan pengetahuan. Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam dan sumber daya manusia, perlulah pengelolaan agar dapat tercapai kemajuan dan memberikan sumbangan bagi setiap aspek yang berada di dalamnya. SDA yang melimpah tidak bermanfaat ketika tidak mampu untuk mengoperasionalkan, SDM yang banyak tidak akan memberikan sumbangan bagi pengelolaan SDA jika tidak memiliki kualifikasi pendidikan yang matang. Untuk itu pendidikan Indonesia dapat dinyatakan sebagai cermin perkembangan sebuah bangsa, berkembang tidak nya suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan pendidikan, seperti apa pendidikan yang diterapkan karena setiap bangsa memiliki orientasi pendidikan yang akan ditujukan pada kemajuan bangsa. Amerika serikat merupakan negara dengan penuh kejayaan dalam bidang industri dan teknologi, setiap pendidikan yang dilakukan harus mengacu pada dasar pengembangan teknologi. Power now adalah sebuah pilar teknologi, perkembangan teknologi yang begitu pesat yang bersifat kapitalism, pragmatism, unitilatian, hedonism. Ini semua dimiliki amerika serikat, dilakukan untuk memajukan dan mensejahterakan masyarakat dengan meminta kontribusi dari negara-negara lain dengan melakukan sebuah penanaman modal dan kerjasaman antar semua negara yang dirasa akan memberikan keuntungan. Sejarah telah mengukir kejayaan amerika serikat, dapat dilihat pada buku-buku dan biografi yang telah dapat diakses semua pihak. Hal ini yang mendorong Indonesia untuk maju dan berkembang mengikuti jejak yang dilakukan hingga menuai keberhasilannya. Setiap kemajuan industri di amerika selama dua puluh tahun yang lalu serasa Indonesia baru lahir atau baru diikuti oleh Indonesia dengan menapakkan kakinya bidang industri. Membuka pintu sebagai jalan untuk mengembangkan industri yang telah direncanakan, menghilangkankan segala ancaman. Segala ancaman merupakan keberhasilan yang besar yang akan diperolehnya. Tidaka ada sesuatu keberhasilan tanpa ada ancaman bagi semua pihak. Ini yang menjadi pengalaman a posteriori dari Indonesia melihat perkembangan yang diperoleh dari Negara yang berkembang. Banyak dampak yang diperoleh dari pemusatan pendidikan dalam industri antara lain banyaknya penggunaan narkoba, seks bebas,dan tawuran. Ini semua wujud nyata dari orientasi dari industri dalam bidang pendidikan, sehingga meninggalkan unsur-unsur lokal yang selalu dasar pondasi akhlak dari setiap siswa. Dalam tatanan pendidikan, dunia pendidikan dapat dibedakan menjadi lima antara lain :
1.      Dunia pendidikan kaum industri dan teknologi
2.      Dunia pendidikan kaum kerajaan feodal
3.      Dunia pendidikan old humanis
4.      Dunia pendidikan kaum progresif
5.      Dunia pendidikan sosio straktifis
Keberadaan negara Indonesia sekarang pada kedudukan dunia pendidikan kaum progresif, karena orientasi yang diberikan ditujukan kepada siswa. Mengorientasikan pendidikan pada industri, boleh-boleh saja asalkan menengok pada kemampuan sumber daya manusia nya, mampukah untuk diajak ke sana. Kalaupun belum alangkah baiknya tersusun dengan membuat strategi dengan atau tanpa meninggalkan unsur-unsur budaya yang telah melekat pada diri tiap bangsa. Pondasi yang paling kuat adalah budaya, merupakan ciri khusus bagi tiap bangsa. Menuju bangsa yang maju tanpa harus meninggalkan aspek budaya. Bagi negara yang berorientasi pada industri dan kemajuan, sebuah pendidikan dapat diartikan sebagai investasi untuk masa-masa mendatang, sebagai sarana pemerintahan dalam menuju kemakmuran, dan aplikasi dalam bidang teknologi yang telah dimiliki untuk dikembangkan lebih maju

Pertanyaan :
1.      Mampukah pendidikan Indonesia dalam rangka mengarah pada pola pendidikan Negara lain demi kemajuan dengan berorientasi pada budaya atau unsur lokal ?
2.      Bagaimana membatasai teknologi, sebagai negara yang konsumtif, indonesia dirasa sebagai pemakai teknologi tanpa batas bukan sebagai pencipta teknologi ?

Selasa, 13 November 2012

Refleksi 30 Oktober 2012


Abstraksi berdasar sifat-sifatnya

Berfilsafat berarti berpikir kritis terhadap yang ada dan yang mungkin ada. Berpikir kritis adalah memunculkan yang mungkin ada menjadi ada. Hal ini adalah sesuatu yang membutuhkan olah pikir yang logis, mampu mengolah thesis, antithesis dan sintetis. Sehingga seorang yang berfilsafat mampu memikirkan dari dimensi satu ke dimensi yang lain (dimensi yang berada di atasnya) menjadi sesuatu yang ada. Orang yang berpikir filsafat adalah bisa dikatakan sebagai filsuf, seorang filsuf berpikir tidak terlepas dari pemikiran yang ada dan yang mungkin ada. Mereka menjadi seorang transenden, baik kepada para muridnya dan dirinya sendiri. Karena dirinya memiliki kuasa dan berkuasa terhadap para bawahannya atau dimensi yang berada di bawahnya. Transenden merupakan sifat yang dimiliki dewa yang mampu membedakan dimensi yang di atasnya. Namun, setiap manusia pun menjadi trasnsenden terhadap apa yang dimilikinya, misal mereka transenden terhadap para bajunya, atau transenden terhadap apapun yang ada pada dirinya.
Pada zaman dahulu, pikiran para filsuf tidak mengenal nama-nama materiil sekarang sesuai pada ruang dan waktu. Aristoteles, plato, socrates, dkk tidak mengenal nama sarung, jilbab, dan kebaya. Karena nama materiil memiliki sifat yang luas, sifat warna, sifat corak, sifat bentuk, sifat bahan dan sifat harga. Kesemuanya itu tidak dipahami oleh para filsuf zaman dahulu. Setiap benda atau manusia memiliki sifat yang ada dan yang mungkin ada. Ketika seseorang dikatakan memiliki sifat marah, hal tersebut tidak dapat dijadikan sebuah kesimpulan. Karena terkadang orang tersebut bersifat manis, lembut dan penuh kasih sayang. Untuk itu sifat tersebut perlu dirasionalisasikan.
Berdasarkan sifat-sifat yang memiliki arti banyak terhadap yang ada dan yang mungkin ada sehingga perlu dilakukan abstraksi. Dengan abstraksi, membandingkan sifat-sifat lainnya dengan melakukan uji normatif, dengan demikian diperoleh arti yang jelas dan sesuai pada ruang dan waktu. Arti yang begitu luas harus didasarkan pada fakta, analitik dan sintetik. Sehingga pengartian dari fakta adalah berdasarkan kenyataan, analitik adalah memikirkan saja dan tidak perlu melakukannya, sintetik adalah melakukan terlebih dahulu kemudian memikirkannya. Sebagai contoh berita, normatif yang sesuai dengan berita adalah yang ada dan bersifat analitik. Karena setiap berita tidak perlu bersifat sintetik, karena bisa membahayakan. Berdasarkan sifat yang demikian sifat pengetahuan a posteriori berada pada unsure ini, hal ini dimiliki oleh pada anak kecil. Sedangkan analitik, sesuatu tersebut hanya cukup dipikirkan. Hal demikian bersifat pengetahuan a priori dan dimiliki oleh orang dewasa.

Pertanyaan :
1.        Fakta, sintetik dan analitik, Apakah dalam sebuah kehidupan ketiga unsure dalam menghadapi sebuah pemasalahan dapat digunakan semuanya dalam waktu bersamaan atau dilakukan secara sequensial ?
2.        Bagaimana memunculkan potensi yang dimiliki oleh seseorang agar dapat dimanfaatkan oleh orang lain ? 

Filsafat Alam dalam Kehidupan


Pewawancara              : Joko Narimo (12703251004)
Yang di wawancara    :  Bp. Louwes Jarfi


1.      Setiap manusia tercipta sebagai dewa, meski hanya menjadi dewa bagi dirinya sendiri. Kemudian apakah seorang bayi yang masih dalam kandungan juga bisa menjadi dewa? Kemudia menjadi dewa atas apa ?
Jawaban :
Bayi bisa menjadi dewa, karena ia merasa dijaga seorang ibu, diberi makan seorang ibu. Sebenarnya sadar atau tidak sadar ketika seorang ibu mengenakan pakaian pada tubuhnya atau selimut pada tubuhnya, bayi tersebut dianggap dewa, dijaga/dipelihara oleh ibunya. Sekalipun bayi tersebut tidak melakukan seperti orang dewasa/anak-anak berarti bayi tersebut tidak ada perlakuan terhadap bayi tersebut. Meskipun belum tahu untuk mengurus dirinya sendiri, namun dia diperlakukan seperti dewa.
Dampaknya adalah ketika bayi tersebut dilahirkan oleh seorang ibu ke dunia ini secara otomatis dia memiliki hal-hal yang menurut dia menjadi seorang dewa, diantaranya karakternya, kekuatannya, pikirannya dan sebagainya.
Tanggapan :
Saya setuju, namun seorang bayi dapat sebagai seorang objek dan subjek meskipun baru di dalam kandungan sang ibu. Mampu memerintahkan ibu, tapi juga sebagai objek oleh sang ibu. Seorang dewa menurut saya, dia bersifat sebagai subjek bukan menjadi objek.

2.      Cara membangun berpikir filsafat, karena setiap orang belum mampu memikirkannya. Bagaimana kita untuk berfilsafat, agar filsafat kita bisa diterima oleh orang lain dan tidak menganggap remeh orang lain ?
Jawaban :
Filsafat dimulai dari diri sendiri, tentu saja dengan belajar dari berbagai sumber pengetahuan yang menurut pengetahuan tentang filsafat itu sendiri. Yang dimaksudkan disini adalah sumber-sumber pengetahuan melalui buku-buku, guru/dosen atau orang lain yang lebih mengetahui ilmu tersebut. Setelah itu, baru kita mengungkapkan pengetahuan yang kita sudah kita miliki kepada publiks. Tujuannya adalah orang lain juga dapat mengetahui menimba pengetahuan dari kita kemudian orang/mereka secara singkat belajar filsafat itu adalah untuk menjadi saksi baik dari ilmu filsafat itu sendiri maupun melalui ilmu pengetahuan yang kita miliki selanjutnya, bahwa tidak seorang pun yang sebenar-benar mengetahui alam semesta ini, artinya kita harus mengerti bahwa kita masih belum tahu apa-apa, seperti kata socrates “saya tidak tahu apa-apa”.
Tanggapan :
Setuju, dalam membangun filsafat kepada seseorang yang belum mengenal filsafat sangatlah diperlukan pemahaman-pemahaman tersendiri agar dia mampu memahami apa arti sebuah filsafat. Seperti Prof. Marsigit yang membangun filsafat peserta didiknya melalui banyak membaca elegi-elegi. Dengan demikian pemahaman dapat diperoleh oleh seluruh peserta didik, meskipun hanya dengan taraf sedikit demi sedikit.
3.      Bagaimana filsafat mampu untuk menangkal budaya asing yang tidak sesuai dengan tradisi atau budaya bangsa kita ?
Jawaban :
Kita harus mengetahui/menguasai prinsip-prinsip yang kita hidupkan dalam kehidupan bersuku, bermasyarakat, berbangsai dan bernegara. Ketika budaya asing masuk, maka kita mampu memfilter budaya-budaya asing yang masuk mempengaruhi budaya kita. Hal yang lain adalah harus memiliki keyakinan yang baik kepada tuhan yang maha esa dan mengamalkan pancasila yang merupakan falsafah hidup bangsa dan negara kita, tanpa itu/lain hal yang mungkin ada kita sulit untuk membendung pengaruh budaya asing dalam kehidupan kita sehari-hari.
Tanggapan :
Setuju, filsafat sebagai filterisasi terhadap budaya yang berkembang, yang tidak sesuai dengan budaya timur. Masyarakat timur berfundamen terhadap nilai-nilai luhur pancasila, segala sesuatu yang tidak sesuai dengan pancasila bisa dinyatakan pelanggaran terhadap norma dan membuangnya sejauh-jauhnya.

4.      Bagaimana menjelaskan firasat berdasarkan filsafat ?
Jawaban :
Lewat intuisi/firasat seseorang dapat menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Firasat berhubungan dengan hal-hal yang ada dan yang mungkin ada, sehingga lewat firasat itu kita berfirasat tentang baik sesuatunya dalam pikiran kita tapi juga yang ada di luar pikiran kita.
Tanggapan :
Setiap manusia memiliki firasat dalam menghadapi perjalanan kisah hidupnya, namun semua masih berada dalam koridor keilmuan dan pikiran sebagai dasar dalam menghadapi segala sesuatu. Dengan adanya firasat seseorang mampu untuk mengenalikan dirinya terhadap berbagai bentuk perilaku.

5.      Fakta, sintesis dan analitik.
Apakah ketiga unsur tersebut, ketika seseorang menghadapi sebuah permasalahan dapat digunakan semua dalam waktu yang bersamaan atau secara sequensial ?
Jawaban :
Kaitan dengan ketiga hal tersebut, tidak semua dilakukan secara bersamaan atau dilakukan secara sequensial. Karena pada dasarnya setiap apa yang kita pikirkan berarti harus dimuat, dilakukan dan hal tersebut dijadikan sebagai bukti.
Tanggapan :
Saya setuju berdasarkan Jawaban tersebut. Segala sesuatu yang terjadi berarti fakta yang sesuai dengan kenyataan, setelah mengalami kejadian barulah seseorang dapat melaporkan perilaku dan mampu untuk dilakukan tindak lanjut atas perilaku tersebut.

6.      Apakah anda setuju terhadap pemikiran, bahwa ilmu itu benar jika dipikirkan ? kemudian bagaimana seseorang sastra jika hanya memikirkan karyanya saja sehingga tidak bisa dinikmati orang lain ?
Jawaban :
Ya, saya setuju.
Sudah pasti bahwa setiap karya atau ciptaan seseorang, bila tidak dipergunakan mengatakan/menuliskan kepada orang lain, maka otomatis karyanya itu tidak dapat dialami orang lain, alias dinikmati oleh dirinya sendiri.
Tanggapan :
Sebuah keilmuan akan benar hanya jika dipikirkan saja, akan tetapi akan salah jika dituangkan, hal yang demikian karena ketika sesuatu yang telah terjadi tidak dapat di ulangi lagi. Hanya dapat dilakukan sebuah tindakan agar hal itu tidak mampu terjadi lagi. Tindakan adalah sebuah bentuk aktualisasi atas apa yang dilakukan.

7.      Setiap manusia memiliki potensi yang ada dan yang mungkin ada, yang mungkin sangat besar kemampuannya. Bagaimana hal itu dapat dimunculkan/diketahui oleh pribadi sendiri sehingga memberikan manfaat bagi orang lain ?
Jawaban :
Sesungguhnya potensi yang dimiliki oleh seseorang tidak dapat diketahui oleh dirinya sendiri tanpa ditunjukkan/dibantu oleh orang lain agar potensinya itu dapat diketahui, karena potensi seseorang tidak dapat terukur tanpa diimplementasikan dalam setiap aktivitas, kegiatan-kegiatannya setiap waktu. Selanjutnya, bilamana potensinyatidak diketahui oleh seseorang, maka ia harus membantu meningkatkan atau mengangkat potensi orang lain pula.
Tanggapan :
Setuju, potensi seseorang dapat diketahui jika seseorang itu mampu untuk melakukan tindakan yang mampu memberikan hasil yang optimal. Dengan potensi tersebut mestinya dikembangkan sebaik-baiknya. Sebaik-baik ilmu adalah jika dia mampu memanfaatkannya baik demi diri sendiri maupun orang lain.

8.      Mampukah filsafat memikirkan tentang kejadian alam/fenomena-fenomena alam, seperti siklus terjadinya hujan. Meskipun panas yang dihantarkan sinar matahari yang begitu kuat, mengapa hujan juga tak kunjung datang ?
Jawaban :
Bahwa mestinya mampu membaca bahkan memikirkan hal-hal yang berkaitan dengan fenomena-fenomena yang terjadi dengan alam semesta ini, karena fenomena-fenomena itu tidak dapat berjalan sendiri/terpisah tetapi berkaitan satu dengan yang lainnya. Hal-hal yang pernah terjadi dapat membawa filsafat untuk memikirkan semua hal yang mungkin terjadi.
Tanggapan :
Siklus satu dengan yang lain dalam kehidupan memiliki peranan yang erat, permasalahan satu mampu memberikan dampak yang begitu dahsyat bagi kehidupan di dunia ini. Filsafat mampu untuk memikirkan kondisi yang melatarbelakangi sebuah permasalahan kehidupan. Ciptakan filsafat untuk mengerti arti penting kehidupan.

9.      Aku jauh tapi tak begitu jauh, aku dekat tapi tak mampu engkau tangkap, apakah makna dari perkataan itu ?
Jawaban :
Maknanya adalah bahwa filsafat itu sesungguhnya berasal dari kehidupan kita sehari-hari, tetapi terkadang kita sendiri tidak mampu untuk mengetahuinya, bahwa kehidupan kita dari waktu ke waktu merupakan sebuah filsafat yang kita sendiri tidak dapat dipahami.
Tanggapan :
Saya setuju. Setiap perilaku manusia sebenar-benar berada dalam lingkup filsafat. Sadar tidak sadar mereka berada dalam lingkup filsafat. Kondisi yang sedemikian itu menjadikan kebutuhan bagi setiap pengguna ilmu pengetahuan yang ada.

10.  Ketika manusia memiliki problema, yang tidak mampu untuk dipikirkannya. Bagaimana peran filsafat menanggapi hal itu ?
Jawaban :
Sebenar-benar, tak seorang pun dapat mampu memikirkan hal-hal yang di luar dari keterbatasan dirinya sendiri atau pikirannya sendiri, tetapi untuk memecahkan setiap masalah adalah harus memerlukan orang lain untuk membantu dalam menyelesaikan masalah itu, karena tak seorang pun yang dapat hidup sendiri tanpa orang lain. Kehidupan yang saling membantu sebenar-benar adalah filsafat yang dibutuhkan dalam setiap menyelesaikan penyelesaian setiap masalah.
Tanggapan :
Setuju, Setiap permasalahan tidak ada yang tidak dapat diselesaikan kecuali seseorang itu tidak mau berusaha menggali pengetahuan dari diri sendiri dan orang lain.

11.  Bencana alam timbul sedemikian rupa, hingga semua dipikirkan sebagai cobaan dari tuhan tentang perilaku manusia. Memang semua diberikan tuhan, sebagai seorang filsafat, bagaimana menanggapi hal tersebut sebagai seorang sosok logos ?
Jawaban :
Setiap musibah itu bisa terjadi karena ulah manusia itu sendiri/karena ketuaan unsur-unsur yang ada di dalam alam itu sendiri. Dari sudut pandang pengetahuan setiap musibah dapat kapan saja terjadi, tetapi tanggung jawab dari ilmu itu sendiri adalah harus memberikan pencerahan kepada manusia agar lebih harus bertanggung jawab terhadap alam dan lingkungan dimana dia hidup agar keharmonisan antara manusia dengan manusia, alam serta lingkungan tetap terjaga dengan baik.
Tanggapan :
Setuju, setiap cobaan yang diberikan oleh tuhan berupa amanah kepada umat manusia agar tidak merasa sombong tehadap yang dimilikinya dan selalu mendekatkan diri padanya.

12.  Bagaimana menanggapi permasalahan pendidikan di negara kita. Penyimpangan-penyimpangan yang telah merajalela bukan hanya sekedar perilaku, moral pun sudah banyak ternoda dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bagaimana menanggapi hal itu, jika anda sebagai seorang pelajar ?
Dan apakah yang harus dilakukan aparatur pemerintah, guru sebagai pelaksana pendidikan ?
Jawaban :
Untuk menanggapi, pertama adalah dari diri sendiri, terhadap hal-hal yang baru, yang muncul akibat IPTEK, kemudian pengetahuan yang dimiliki dan juga keyakinan yang dimiliki oleh setiap orang akan menjadi kekuatan untuk mencegah dirinya dari setiap kebobrokan sikap dan karakter. Bagaimanapun juga tidak dapat dipungkiri bahwa semakin banyak bahkan semakin tinggi pengetahuan manusia, maka semakin banyak juga yang terjadi perubahan-perubahan yang akan berdampak secara langsung terhadap kehidupan manusia. Banyak fakta yang terjadi akhir-akhir ini pada bangsa kita karena penerapan dari pendidikan baik yang dilakukan dirumah maupun di sekolah terkontaminasi lingkungan dan hal-hal yang lain sehingga dimana-mana karakter bangsa tidak lagi sesuai norma-norma, prinsip-prinsip baik dilihat dari tingkat religi dan juga norma-norma yang ada pada bangsa dan negara itu sendiri.
Harus peran pemerintah, guru adalah mengajarkan anak itu (siswa tentang karakter-karakter) yang harus dihidupkan dan dipraktikkan dari waktu ke waktu dan mendapat dukungan pemerintah dalam menangani masalah-masalah itu tanpa kerjasama yanag baik antara pemerintah dan sekolah maka tidak akan pernah terjadi kesepahaman, bahkan akan berdampak terhadap persoalan yang lebih banyak terjadi di negeri ini.
Tanggapan :
Setuju, Cuma sedikit menambah peran filsafat merupakan filter bagi pola kehidupan yang tidak sesuai dengan kaedah-kaedah pancasila sebagai suatu pendoman bangsa. Perkembangan IPTEK harus disesuaikan dengan norma, peradaban yang telah berlaku, zaman yang canggih tanpa adanya pondamen yang kuat pada masing-masing individu akan terjadi ketimpangan yang berujung pada perusakan.

13.  Bagaimana menyikapi sebuah cita-cita, apakah mesti dipikirkan atau diusahakan dengan berbagai cara ?
Jawaban :
Yang pasti untuk menanggapi sebuah cita-cita tidak hanya dipikirkan tetapi harus ditindak lanjuti dengan berbagai kiat untuk mencapai cita-cita itu. Dimulai dengan perencanaan-perencanaan yang semakin baik akan membawa seseorang untuk meraih masa depan, cita-citanya tanpa kerja keras/usaha seseorang tidak akan pernah meraih/mencapai cita-cita dan harapan.
Tanggapan :
Setiap perjalanan memiliki sebuah tujuan, akanlah tidak harmonis jika suatu perjalanan tidak memiliki arah dan tujuan kemana ia akan berujung. Sebuah bus saja memiliki tujuan, pesawat juga dan lainnya. Semua tindakan yang bermanfaat akan memerlukan sebuah pengorbanan, entah besar ataupun kecil pengorbanan itu harus segeralah di usahakan demi terciptanya kedamaian hidup.

Rabu, 31 Oktober 2012

Filsafat bagi Kehidupan


Filsafat merupakan kuliah refleksi, dimana sebagian kegiatannya berupa kegiatan membaca. Membaca elegi, elegi merupakan catatan atau bacaan yang berasal dari kehidupan nyata, pikiran dan pengalaman-pengalaman. Beraneka ragam elegi yang dapat dijadikan panutan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam menambah pengetahuan, elegi merupakan salah satu khasanah penambah ilmu pengetahuan bagi pembaca. Dengan membaca dapat memahami begitu berartinya sebuah kehidupan, yang melingkupi yang ada dan yang mungkin ada. Pengetahuan memberikan manusia menjadi seimbang, tidak merasa kekurangan dan tidak berlebihan, tidak berkesehatan dan tidak berkesakitan dalam menjalani kehidupan dengan pandangan yang maju. Pengetahuan tidak hanya dapat diperoleh dengan pendidikan formal saja, melainkan dengan pengalaman bisa menjadi sumber pengetahuan. Dengan pengetahuan menjadikan kehidupan manusia menjadi tidak kosong dan tidak buta, karena kebanyakan kehidupan manusia adalah kosong dan buta. Nasehat seorang pejabat akan sangat digunakan, karena pejabat memliliki kuasa yang inilah nasehat yang tidak kosong. Berbeda dengan nasehat yang diberikan seorang pengembala, maka dengan sekejab nasehatnya tidaklah digunakan yang inilah nasehat yang kosong, karena pengembala tidak memiliki kekuasaan sehingga tidak kuasalah dirinya untuk memberi nasehat yang mampu dipergunakan.
Pengalaman manusia berasal dari pengalaman a priori dan a posteriori. Dimana pengelaman tersebut memiliki penerapan yang berbeda-beda. Pengalaman a priori kebanyakan digunakan atau dimiliki oleh seorang anak dewasa, mereka dapat menghentikan suatu kegiatan tanpa melaksanakan kegiatan yang didasarkan pada pengalaman yang telah dilakukan sebelumnya. Dengan demikian pengalaman yang kurang baik, atau ilmu yang tidak memberi keuntungan dengan seketika tidak dilakukannya, begitu juga sebaliknya jika pengetahuan itu baik maka hal tersebut dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya karena menguntungkan. Sedangkan pengalaman yang bersifat a posteriori kebanyakan digunakan oleh seorang anak kecil. Dengan melihat sesuatu terlebih dahulu, baru mereka dapat memberikan kesimpulan terhadap apa yang telah dilakukannya atau dilihatnya, karena pemikirannnya hanya mampu merekam sesuatu yang telah berjalan dan menyampaikan apa yang telah ada dalam pikirannya. Hal pengalaman a priori dan a posteriori harus didasarkan pada logika dan hati, jadi tidak semua makhluk hidup dapat menjalani pengalaman a priori maupun a posteriori, hanya manusia yang mampu memperoleh pengalaman yang sedemikian itu.
Pengetahuan menjadikan manusia menjadikan sebuah kebanggaan bagi manusia itu sendiri. Pengetahuan itu memberikan sifat kedewaan bagi manusia dan manusia yang lain, sifat kedewaan merupakan sifat yang menjadikan dirinya sebagai subjek, sedangkan objek merupakan segala sesuatu yang digunakan manusia yang menjadi subjek. Objek dapat berupa pakaian, sepatu, topi dst jika itu merupakan sifat kedewaan bagi dirinya sendiri, sedangkan objek bagi subjek yang memiliki kuasa antara lain berupa anak buah atau karyawan. Sebagai seorang subjek dapat melakukan segala sesuatu yang sesuai dengan keinginannya. Tanpa mengetahui apa yang dirasakan oleh objek, yang mungkin saja melakukan kegiatanatau tindakan yang semena-mena terhadap objek. Kemudian dengan kondisi yang seperti ini, seorang objek pun dapat menjadi subjek atas keinginannya, atas tindakan yang telah dilakukan oleh si subjek. Objek menyadari bahwa betapa menyakitkannya menjadi sebuah objek, objek pun bisa menjadi seorang subjek atas segala sesuatu yang ada dan mungkin ada yang melekat pada dirinya. Jadi pengetahuan dapat memberikan sifat kedewaan bagi sifat-sifatnya, sebagai seorang subjek yang mampu memerintah objek (mengendalikan objek) serta objek pun mampu menjadi subjek berdasar keinginan-keinginannya.

Pertanyaan :
1.      Kalau setiap manusia bisa menjadi dewa, dewa bagi dirinya sendiri. Lantas apakah seorang bayi pun yang masih dalam kandungan bisa menjadi dewa juga ?
Bagaimana menciptakan budaya berpikir filsafat, karena belum tentu semua orang mampu berpikir yang sedemikian 

Selasa, 23 Oktober 2012

refleksi 16 Oktober 2012


Keberadaan Manusia Pada Ruang dan Waktu

Manusia tercipta di dunia, tidak lain dan tidak bukan adalah untuk belajar dan terus belajar. Tanpa disadari seorang dalam setiap melakukan aktivitasnya terjadilah proses belajar, yang dilakukan secara tersendiri dan bukan melalui proses pendidikan formal. Sedangkan proses pendidikan formal adalah proses belajar yang dilakukan dalam lingkungan sekolah, yang didalamnya terdapat beberapa aspek yaitu sekolah, pengajar dan peserta didik. Dalam proses belajar dilakukan oleh pengajar dan peserta didik, yang disebutnya kegiatan belajar mengajar. Disinilah guru menuangkan atau menyampaikan pengetahuannya kepada peserta didik dengan sebenar-benar dan seluas-luasnya pengetahuannya. Hal yang demikian menjadikan pengajar menjadi bayang-bayang bagi para peserta didik, karena pengetahuan yang dimiliki peserta didik tidak bukan sama dengan pengetahuan yang dimiliki oleh guruya. Berbeda dengan pengetahuan filsafat, disana menuntut siswanya untuk belajar sesuai dengan kemampuannya, memaksimalkan yang dimiliki, menggali dan terus menggali potensi yang dimiliki dengan belajar dan belajar baik dengan ada pendamping maupun secara mandiri. Jadi seorang guru tidaklah harus menjadi sebuah bayang-bayang siswanya, sehingga menuntut kemandirian yang berbatas. Seorang yang memiliki pengetahuan yang cukup bisa dikatakan seorang dewa, dia memiliki kemampuan untuk memberikan petunjuk dan arahan kepada para pengikutnya, meluruskan sesuatu yang belum pada posisinya serta menegurnya demi tercapainya tujuan yang diharapkan bersama. Dalam hal ini seorang dewa bisa berupa atasan jika dia berada dalam instansi, kepala sekolah ataupun guru jika dalam lingkungan sekolah, kepala desa jika berada di dalam lingkugan masyarakat. Seorang dewa pun mampu mengetahui sesuatu dengan hanya melihat dengan sekilas, kemudian dapat menjawab bahkan menyimpulkan. Itulah sebenar-benar pengetahuan.
Manusia hidup berada pada ruang dan waktu, dimana keberadaan ruang ada di waktu dan sebaliknyaa keberadaan waktu ada di ruang. Inilah dua hal yang saling berkaitan dan sejalan. Dalam ruang itu ada beberapa bagian dimensi yang memiliki klasifikasi masing-masing untuk, tidaklah orang berpengetahuan dapat mencapainya. Berasal dari dalam diri sendiri saja, pastilah manusia memiliki sebuah nama ataupun sebutan yang diberikan oleh orang tuanya ketika lahir hingga akhir pada nantinya. Tanpa manusia sadari, nama yang diberikan oleh orang tuanya tidak sama dengan dirinya ketika lahir, karena perkembangan usia akan tetapi nama yang dimilikinya tetap tidak mengikuti perkembangan usia. Bisa juga ketika ketika orang menyebutkan bilangan dua, banyak orang menganggap dua itu beberapa hal, bisa telinga, bisa mata, bisa tangan, bisa kaki dan segala sesuatu asalkan berjumlah dua. Karena hal tersebut orang mengerti orang bukan karena orang, mengerti warna bukan karena warna, mengerti nama bukan karena nama, mengerti bilangan dua karena bilangan dua dapat berdiri sendiri dan lebih bermanfaat. Inilah yang disebut dengan ruang dimensi satu berupa singularitas.
Perasaan atau hati seseorang tidaklah mampu menanggung beban yang begitu berat, terkadang meluapkan semua perasaannya kepada seseorang dengan lugas dan jelas agar yang menjadi beban dalam perjalanan hidupnya dapat terasa nyaman. Kenyamanan dan ketentraman terwujud dengan ada sifat jujur, hal yang kecil namun bermanfaat bagi kehidupannya nantinya. Menginginkan sesuatu sesuai dengan fitrahnya, tanpa menambah dan menguranginya sehingga kehidupannya menjadi lurus-lurus aja. Inilah ruang dimensi dua yang berbentuk bidang datar yang didalamnya terdapat sifat kejujuran, refleksi dan proyeksi.
Meskipun manusia adalah makhluk yang paling sempurna jika dibanding dengan makhluk lain, akan tetapi manusia memiliki keterbatasan terhadap kemauan dan harapan. Kehidupan yang menuntut tingkat kebutuhan yang terus meningkat, adanya kesempatan yang luas serta mendapat dorongan sehingga kebanyakan yang terjadi adalah situasi korupsi. Disana mereka sebenar-benar menjalankan sesuatu yang menjadi kewajibannya, akan tetapi terkadang mereka terjerumus kedalamnya. Karena di dunia ini juga berbentuk melengkung, maka setiap hal yang terjadi adalah bidang melengkung. Hal lain yang terjadi pada setiap perjalanan seseorang menuju ke arah barat, maka suatu saat mereka akan berada kembali pada suatu titik yang ditinggalkan. Itulah yang sebenarnya ruang dimensi tiga, berupa kejadian-kejadian penyimpangan yang dilakukan manusia.
Alam semesta ini tercipta pasti ada yang menciptakan, dan memiliki tujuan yang jelas. Dalam islam, diciptakan alam semesta dan dilengkapi seluruh isinya dan semua diperuntukkan untuk manusia, yang tidak lain dan tidak bukan hanyalah untuk bersyukur dan beribadah kepada-Nya. Dan juga tuhan menciptakan jin, syetan dan manusia juga untuk beribadah kepada-Nya. Meskipun demikian, banyak juga yang tidak mempercayai hal tersebut, tentang keberadaan tuhan, malaikat, jin dan syetan karena pada kenyataannya itu tidak nyata, keberadaannya ada dimana, akan tetapi kita harus mempercayainya. Tidaklah semua hal yang berada di bumi haruslah nyata, semua merupakan pelengkap kehadirannya. Ternyata keberadaan tuhan, malaikat, jin dan syetan memiliki kedudukan pada ruang dimensi empat yang menyangkut permasalahan spiritual.
Ada ruang dimensi satu, ruang dimensi dua, ruang dimensi tiga, ruang dimensi empat dan ruang dimensi nol. Lantas dimana letak ruang dimensi nol, ruang dimensi nol berada pada potensi manusia itu sendiri. Manusia memiliki potensi untuk mengembangkan kemampuannya sesuai dengan bakat yang dimiliki. Sehingga sebuah potensi itu adalah digali sedalam-dalamnya untuk memperoleh potensi yang dimilikinya. Dengan potensi dapat dengan mudah menyelesaikan permasalahan-permasalahan. Berarti potensi berada pada pikiran manusia.

Pertanyaan :
1.         Dimana keberadaan seorang teroris pada ruang dimensi, karena dari segi agama keyakinan yang dimiliki kuat akan tetapi dalam segi hukum tindakannya yang menyalahi hukum?


Selasa, 09 Oktober 2012

Refleksi 25 September_Joko Narimo


Menjunjung Tinggi Arti Sebuah Budaya

Menurut pendapat saya, budaya merupakan tradisi, kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat di setiap daerah yang mampu memberikan nilai lebih yang membedakan daerah satu dengan daerah yang lain. Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan nilai kebudayaan, hasil bumi serta iklim. Kebudayaan yang beranekaragam itulah yang memberikan ciri ke bhineka tunggal eka an Negara republic Indonesia, yakni meski berbeda-beda akan tetapi tetap satu jua. Dengan jumlah kebudayaan yang banyak membutuhkan turut serta pemerintah pusat, pemerintah daerah dan masyarakat itu sendiri. Kebudayaan tersebut tanpa campur tangan pemerintah menjadikan hal yang sia-sia, akan terputar oleh roda perkembangan zaman. Apakah tidak di sesalkan, jika budaya kita hilang begitu saja???anak cucu yang tidak mengetahui bukti nyata, hanya mendapati sisa-sisa sejarah. Yang mungkin akan diceritakan oleh guru atau orang tuanya.
Menanggapi hal yang demikian itulah, sangatlah tragis memang jika kebudayaan yang amat banyak hanya tinggal puing-puing. Itupun kalau berupa sebuah benda yang lama kelamaan runtuh akan meninggalkan bekas, berbeda sekali dengan budaya tradisi jika hilang tidak memiliki bekas. Dengan adanya budaya yang banyak itulah, seharusnnya kita bangga dan selalu menjaga eksistensinya di kehidupan sehari-hari. Situasi sekarang, banyak sekali budaya barat yang diadopsi oleh masyarakat kita dan budaya sendiri malah banyak yang ditinggalkan. Menjadi sebuah kebanggaan tersendiri kepada seseorang dengan menggunakan budaya asing, karena terlihat lebih istimewa tanpa berpikir bahwa sejarah lampau dirinya berasal dari budaya asing ataukah budaya local. Hal tersebut harus di cantumkan pada sanubari masing-masing individu, kemudian kenapa banyak sekali generasi muda yang kurang bahkan tidak menyukai budaya sendiri, merasa budaya sendiri terlalu terikat, banyak aturan-aturan yang harus selalu di taati. Hal tersebut mengakibatkan budaya local yang semakin lama semakin menghilang. Kesenian tradisional merupakan salah satu kebudayaan yang terdapat di masing-masing daerah, akan tetapi dalam ranah sekarang, banyak sekali yang kurang memiliki minat untuk melestarikan budaya. Budaya jika dipahami akan semakin menarik, budaya = ilmu = logika = pengetahuan dan tidak sebaliknya. Jadi ketika kita berpikir budaya maka setiap budaya yang kita bawa adalah ilmu. Dan setiap ilmu yang ajarkan adalah logika. Dan logika yang kita punya adalah pengetahuan.
Pertanyaan :
Bagaimana penjelasan filsafat dalam menanggapi kesenian budaya jawa yang menggunakan sesuatu yang mistik? Seperti pada kesenian jatilan dan reog.

Refleksi 18 September_Joko Narimo


Filsafat untuk Manusia

Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa. Logika merupakan sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam matematika dan filsafat. Hal itu membuat filsafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu berciri eksak di samping nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, rasa penasaran dan ketertarikan. Filsafat juga bisa berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang biasanya tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan sikap skeptis yang mempertanyakan segala hal. Maka dari itu ketika kita berfikir filsafat dan apapun mau dipikirkan dengan filsafat maka kita juga harus  mempunyai pegangan dalam memilsafatkan sesuatu  agar dalam memilsafatkan dapat membatasi apa yang sesuai dengan yang tidak sesuai dengan norma-norma tertentu. Sehingga ketika menghadapi masalah yang sangat penting dan fikiran kita buntu disitulah pegangan di gunakan, yaitu kepercayaan kita dan tuhan karena posisi tuhan di sini sebagai rujukan terakhir ketika suatu masalah tak terselesaikan maka kita kembalikan padanya, karena semua yang berada di dunia ini miliknya dan pengendalian berfikir dalam filsafat itu perlu dilakukan ketika suatu pemikir itu melakukan atau menganalisis sesuatu dengan filsafat dalam hal ini pengendalian diperlukan agar dalam berfikirnya itu tidak terlalu jauh.
Pertanyaan
1.      Filsafat merupakan ilmu yang di dasari pada logika manusia dan berdasar pada hati, bagaimana menyatukan bahasa hati dan logika?
2.      Dalam ber filsafat, mutlak diperlukan logika berpikir dan berbahasa. Seseorang untuk memperoleh kepekaan terhadap logika sehingga dibutuhkan pemikiran yang jernih? pemikiran yang jernih itu, apakah seperti seseorang yang melakukan sebuah meditasi?
3.      Orang filsafat berpikir satu langkah lebih depan dibandingkan orang lain, untuk mampu memiliki pola pikir seperti itu seseorang akan sulit. Bagaimana kiat agar memiliki kiat pikir berfilsafat?

Refleksi_Joko Narimo


Penerapan Pengetahuan di Kehidupan Sehari-Hari

Manusia tercpta di dunia ini di sertai dua hal yang saling bertentangan yaitu hidup dan mati. Hidup berupa kegiatan manusia/aktivitas manusia baik dengan segala kemanfaatannya maupun tidak. Dalam mencapai kemanfaatannya manusia harus memahami hakekat hidup, kenapa hidup dan untuk apa dia hidup. Dalam islam, manusia tercipat di dunia untuk melaksanakan ibadah kepada Allah SWT, menjalankan segala yang diperintah dan menajauhi segala yang menjadi larangan-Nya. Proses tersebut manusia akan timbul keinginan belajar, bagaimana hidup untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam melaksanakan proses tersebut harus melalui beberapa tahapan, jika setiap tahapan tidak dapat terpenuhi hal tersebut seperti manusia yang berada di ujung kematian. Sebagai contoh : terjadi proses evaluasi, kemudian hasil yang dicapai tidak dapat memenuhi harapan atau jauh dari harapan, itu menandakan manusia itu berada diujung kematian. Jika hal tersebut terus berlanjut bisa mengakibatkan kematian yang mengenaskan. Kematian yang buka berarti mati yang sebenar-benarnya dan dalam arti yang seluas-luasnya, kematian ilmu menjadikan hidupnya berada di lubang neraka yang sangat menyakitkan. Manusia dikaruniai akal dan pikiran, bertujuan untuk menangkap semua yang berada sekitar kahidupannya dan mengaplikasikannya dalam hidup, jika tidak mengerti yang berada dilingkupnya ia hanyalah seperti mayat hidup. Akal dan pikiran manusia menjadikan manusia untuk berilmu, dilakukan dengan belajar dan terus belajar ataupun membaca dan membaca. Ilmu pengetahuan dapat diperoleh dengan dua paham, yaitu rasionalisme dan empirisme. Pengetahuan merupakan hasil kerjasama dua unsur, yaitu pengalaman dan kearifan akal budi. Pengalaman inderawi adalah unsur a posteriori dan pengalaman akal budi merupakan unsur a priori. Pengalaman inderawi berupa pengalaman yang diperoleh setelah melihat sesuatu yang terjadi. Contoh : melihat pemandangan alam, kemudia mereka dapat memberikan kesimpulan tentang keindahan, jumlah objek dan bagian-bagian objek; akan tetapi berbeda jika seseorang tersebut tidak memiliki akal meskipun sudah menyaksikan kejadian, mereka tidak mampu mengungkapkannya seperti pada hewan. Sedangkan pengalaman akal budi berupa pengalaman yang diperoleh sebelum mereka melaksanakan kegiatannya. Contoh : tidak mau masuk kandang harimau, karena harimau sangat buas dan bisa mengakibatkan kecelakaan; pisau/duri jika terkena kulit akan terasa sakit. Mengenai pengalaman inderawi dan pengalaman akal budi, seperti yang telah disampaikan Immanuel Kant sebagai penganut aliran kantianisme. Dengan demikian manusia diharapkan menggunakan pengalaman inderawi dan pengalaman akal budi untuk aktivitas sehari-hari secara positive dan konsisten.

Pertanyaan :
1.      Apakah pernyataan manusia seperti mayat-mayat yang berjalan bukan merupakan kesombongan bagi kita yang memiliki ilmu pengetahuan yang lebih?
2.      Apa filsafat yunani masih dipergunakan dalam kehidupan yang sekarang, ataukah yang dipergunakan saat ini merupakan filsafat islam?
3.      Lebih dahulu mana antara zaman nabi dengan mulai nya peradaban filsafat yunani kuno?