Selasa, 27 November 2012

refleksi tanggal 20 november


Pendidikan Sarana Kemajuan Bangsa

Filsafat itu merupakan olah pikir, seseorang tidak menyadari bahwa dirinya berfilsafat. Seorang yang berfilsafat tidak akan pernah berpikir bahwa dirinya sedang berfilsafat. Berfilsafat itu berjalan dengan sendirinya, tanpa mau dikontrol dan mampu menempati pada ruang dan waktu. Seperti seekor kera yang tidak memikirkan apa yang telah dan akan dilakukannya, dilakukan secara tiba-tiba atau sebuah aktivitas yang tidak terkontrol oleh pikiran yang sebelumnya. Sehingga sifat dari kemampuan berpikirnya adalah bersifat a posteriori. Sedangkan manusia memiliki kemampuan berpikir yang bersifat a priori dan a posteriori, kemampuan a posteriori lebih berdasarkan pada pengalaman yang telah atau sedang berjalan, sedang a priori akan berpikir yang akan memunculkan intuisi dalam dirinya sehingga respek terhadap berbagai macam persoalan.
Sejarah filsafat ketika itu didominasi oleh gereja, segala sesuatu yang benar berasal dari gereja. Bumi itu sebagai pusat orbit tata surya pada zaman dlu, mneurut kitab gereja. Kemudian banyak yang tidak mengakui, Nicolas Copernicus menyatakan bahwa yang menjadi pusat tata surya sebenarnya adalah adalah matahari karena seluruh galaksi mengelilinginya. Filsafat berkembang sejak katolik, yang lebih dikenal dengan filsafat katolik yang berkembang hingga sekarang ini. Filsafat katolik mendasari semua filsafat yang berkembang, baik yang dibawa oleh islam atau yang lainnya. Filsafat yang dibawa islam sesungguhnya filsafat yang dimiliki oleh katolik, yang diselamatkan dari peperangan yang terjadi antara islam dan katolik dimana semua karya-karya katolik banyak yang dihilangkan dan sebagian telah diselamatkan dan dibawa umat islam dan kemudian dikembangkan. Selanjutnya perang yang kedua umat islam yang terkalahkan dan katolik memperoleh kejayaan. Jadi setiap filsafat yang berkembang hingga sekarang ini filsafat katoliklah yang melatarbelakangi kemampuan berfilsafat yang lainnya.
Setiap manusia menginginkan memperoleh pendidikan yang layak demi tercapainya kemakmuran dan kesejahteraan hidupnya untuk masa sekarang dan masa mendatang. Sebuah pendidikan mampu memberikan sumbangan yang begitu besar bagi kelangsungan sebuah negara, pola-pola kepemimpinan yang akan dilanjutkan dan perkembangannya. Pendidikan dapat dilakukan dengan formal dan non formal, keduanya dapat dijalankan oleh semua pihak yang mebutuhkan pengetahuan. Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam dan sumber daya manusia, perlulah pengelolaan agar dapat tercapai kemajuan dan memberikan sumbangan bagi setiap aspek yang berada di dalamnya. SDA yang melimpah tidak bermanfaat ketika tidak mampu untuk mengoperasionalkan, SDM yang banyak tidak akan memberikan sumbangan bagi pengelolaan SDA jika tidak memiliki kualifikasi pendidikan yang matang. Untuk itu pendidikan Indonesia dapat dinyatakan sebagai cermin perkembangan sebuah bangsa, berkembang tidak nya suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan pendidikan, seperti apa pendidikan yang diterapkan karena setiap bangsa memiliki orientasi pendidikan yang akan ditujukan pada kemajuan bangsa. Amerika serikat merupakan negara dengan penuh kejayaan dalam bidang industri dan teknologi, setiap pendidikan yang dilakukan harus mengacu pada dasar pengembangan teknologi. Power now adalah sebuah pilar teknologi, perkembangan teknologi yang begitu pesat yang bersifat kapitalism, pragmatism, unitilatian, hedonism. Ini semua dimiliki amerika serikat, dilakukan untuk memajukan dan mensejahterakan masyarakat dengan meminta kontribusi dari negara-negara lain dengan melakukan sebuah penanaman modal dan kerjasaman antar semua negara yang dirasa akan memberikan keuntungan. Sejarah telah mengukir kejayaan amerika serikat, dapat dilihat pada buku-buku dan biografi yang telah dapat diakses semua pihak. Hal ini yang mendorong Indonesia untuk maju dan berkembang mengikuti jejak yang dilakukan hingga menuai keberhasilannya. Setiap kemajuan industri di amerika selama dua puluh tahun yang lalu serasa Indonesia baru lahir atau baru diikuti oleh Indonesia dengan menapakkan kakinya bidang industri. Membuka pintu sebagai jalan untuk mengembangkan industri yang telah direncanakan, menghilangkankan segala ancaman. Segala ancaman merupakan keberhasilan yang besar yang akan diperolehnya. Tidaka ada sesuatu keberhasilan tanpa ada ancaman bagi semua pihak. Ini yang menjadi pengalaman a posteriori dari Indonesia melihat perkembangan yang diperoleh dari Negara yang berkembang. Banyak dampak yang diperoleh dari pemusatan pendidikan dalam industri antara lain banyaknya penggunaan narkoba, seks bebas,dan tawuran. Ini semua wujud nyata dari orientasi dari industri dalam bidang pendidikan, sehingga meninggalkan unsur-unsur lokal yang selalu dasar pondasi akhlak dari setiap siswa. Dalam tatanan pendidikan, dunia pendidikan dapat dibedakan menjadi lima antara lain :
1.      Dunia pendidikan kaum industri dan teknologi
2.      Dunia pendidikan kaum kerajaan feodal
3.      Dunia pendidikan old humanis
4.      Dunia pendidikan kaum progresif
5.      Dunia pendidikan sosio straktifis
Keberadaan negara Indonesia sekarang pada kedudukan dunia pendidikan kaum progresif, karena orientasi yang diberikan ditujukan kepada siswa. Mengorientasikan pendidikan pada industri, boleh-boleh saja asalkan menengok pada kemampuan sumber daya manusia nya, mampukah untuk diajak ke sana. Kalaupun belum alangkah baiknya tersusun dengan membuat strategi dengan atau tanpa meninggalkan unsur-unsur budaya yang telah melekat pada diri tiap bangsa. Pondasi yang paling kuat adalah budaya, merupakan ciri khusus bagi tiap bangsa. Menuju bangsa yang maju tanpa harus meninggalkan aspek budaya. Bagi negara yang berorientasi pada industri dan kemajuan, sebuah pendidikan dapat diartikan sebagai investasi untuk masa-masa mendatang, sebagai sarana pemerintahan dalam menuju kemakmuran, dan aplikasi dalam bidang teknologi yang telah dimiliki untuk dikembangkan lebih maju

Pertanyaan :
1.      Mampukah pendidikan Indonesia dalam rangka mengarah pada pola pendidikan Negara lain demi kemajuan dengan berorientasi pada budaya atau unsur lokal ?
2.      Bagaimana membatasai teknologi, sebagai negara yang konsumtif, indonesia dirasa sebagai pemakai teknologi tanpa batas bukan sebagai pencipta teknologi ?

Selasa, 13 November 2012

Refleksi 30 Oktober 2012


Abstraksi berdasar sifat-sifatnya

Berfilsafat berarti berpikir kritis terhadap yang ada dan yang mungkin ada. Berpikir kritis adalah memunculkan yang mungkin ada menjadi ada. Hal ini adalah sesuatu yang membutuhkan olah pikir yang logis, mampu mengolah thesis, antithesis dan sintetis. Sehingga seorang yang berfilsafat mampu memikirkan dari dimensi satu ke dimensi yang lain (dimensi yang berada di atasnya) menjadi sesuatu yang ada. Orang yang berpikir filsafat adalah bisa dikatakan sebagai filsuf, seorang filsuf berpikir tidak terlepas dari pemikiran yang ada dan yang mungkin ada. Mereka menjadi seorang transenden, baik kepada para muridnya dan dirinya sendiri. Karena dirinya memiliki kuasa dan berkuasa terhadap para bawahannya atau dimensi yang berada di bawahnya. Transenden merupakan sifat yang dimiliki dewa yang mampu membedakan dimensi yang di atasnya. Namun, setiap manusia pun menjadi trasnsenden terhadap apa yang dimilikinya, misal mereka transenden terhadap para bajunya, atau transenden terhadap apapun yang ada pada dirinya.
Pada zaman dahulu, pikiran para filsuf tidak mengenal nama-nama materiil sekarang sesuai pada ruang dan waktu. Aristoteles, plato, socrates, dkk tidak mengenal nama sarung, jilbab, dan kebaya. Karena nama materiil memiliki sifat yang luas, sifat warna, sifat corak, sifat bentuk, sifat bahan dan sifat harga. Kesemuanya itu tidak dipahami oleh para filsuf zaman dahulu. Setiap benda atau manusia memiliki sifat yang ada dan yang mungkin ada. Ketika seseorang dikatakan memiliki sifat marah, hal tersebut tidak dapat dijadikan sebuah kesimpulan. Karena terkadang orang tersebut bersifat manis, lembut dan penuh kasih sayang. Untuk itu sifat tersebut perlu dirasionalisasikan.
Berdasarkan sifat-sifat yang memiliki arti banyak terhadap yang ada dan yang mungkin ada sehingga perlu dilakukan abstraksi. Dengan abstraksi, membandingkan sifat-sifat lainnya dengan melakukan uji normatif, dengan demikian diperoleh arti yang jelas dan sesuai pada ruang dan waktu. Arti yang begitu luas harus didasarkan pada fakta, analitik dan sintetik. Sehingga pengartian dari fakta adalah berdasarkan kenyataan, analitik adalah memikirkan saja dan tidak perlu melakukannya, sintetik adalah melakukan terlebih dahulu kemudian memikirkannya. Sebagai contoh berita, normatif yang sesuai dengan berita adalah yang ada dan bersifat analitik. Karena setiap berita tidak perlu bersifat sintetik, karena bisa membahayakan. Berdasarkan sifat yang demikian sifat pengetahuan a posteriori berada pada unsure ini, hal ini dimiliki oleh pada anak kecil. Sedangkan analitik, sesuatu tersebut hanya cukup dipikirkan. Hal demikian bersifat pengetahuan a priori dan dimiliki oleh orang dewasa.

Pertanyaan :
1.        Fakta, sintetik dan analitik, Apakah dalam sebuah kehidupan ketiga unsure dalam menghadapi sebuah pemasalahan dapat digunakan semuanya dalam waktu bersamaan atau dilakukan secara sequensial ?
2.        Bagaimana memunculkan potensi yang dimiliki oleh seseorang agar dapat dimanfaatkan oleh orang lain ? 

Filsafat Alam dalam Kehidupan


Pewawancara              : Joko Narimo (12703251004)
Yang di wawancara    :  Bp. Louwes Jarfi


1.      Setiap manusia tercipta sebagai dewa, meski hanya menjadi dewa bagi dirinya sendiri. Kemudian apakah seorang bayi yang masih dalam kandungan juga bisa menjadi dewa? Kemudia menjadi dewa atas apa ?
Jawaban :
Bayi bisa menjadi dewa, karena ia merasa dijaga seorang ibu, diberi makan seorang ibu. Sebenarnya sadar atau tidak sadar ketika seorang ibu mengenakan pakaian pada tubuhnya atau selimut pada tubuhnya, bayi tersebut dianggap dewa, dijaga/dipelihara oleh ibunya. Sekalipun bayi tersebut tidak melakukan seperti orang dewasa/anak-anak berarti bayi tersebut tidak ada perlakuan terhadap bayi tersebut. Meskipun belum tahu untuk mengurus dirinya sendiri, namun dia diperlakukan seperti dewa.
Dampaknya adalah ketika bayi tersebut dilahirkan oleh seorang ibu ke dunia ini secara otomatis dia memiliki hal-hal yang menurut dia menjadi seorang dewa, diantaranya karakternya, kekuatannya, pikirannya dan sebagainya.
Tanggapan :
Saya setuju, namun seorang bayi dapat sebagai seorang objek dan subjek meskipun baru di dalam kandungan sang ibu. Mampu memerintahkan ibu, tapi juga sebagai objek oleh sang ibu. Seorang dewa menurut saya, dia bersifat sebagai subjek bukan menjadi objek.

2.      Cara membangun berpikir filsafat, karena setiap orang belum mampu memikirkannya. Bagaimana kita untuk berfilsafat, agar filsafat kita bisa diterima oleh orang lain dan tidak menganggap remeh orang lain ?
Jawaban :
Filsafat dimulai dari diri sendiri, tentu saja dengan belajar dari berbagai sumber pengetahuan yang menurut pengetahuan tentang filsafat itu sendiri. Yang dimaksudkan disini adalah sumber-sumber pengetahuan melalui buku-buku, guru/dosen atau orang lain yang lebih mengetahui ilmu tersebut. Setelah itu, baru kita mengungkapkan pengetahuan yang kita sudah kita miliki kepada publiks. Tujuannya adalah orang lain juga dapat mengetahui menimba pengetahuan dari kita kemudian orang/mereka secara singkat belajar filsafat itu adalah untuk menjadi saksi baik dari ilmu filsafat itu sendiri maupun melalui ilmu pengetahuan yang kita miliki selanjutnya, bahwa tidak seorang pun yang sebenar-benar mengetahui alam semesta ini, artinya kita harus mengerti bahwa kita masih belum tahu apa-apa, seperti kata socrates “saya tidak tahu apa-apa”.
Tanggapan :
Setuju, dalam membangun filsafat kepada seseorang yang belum mengenal filsafat sangatlah diperlukan pemahaman-pemahaman tersendiri agar dia mampu memahami apa arti sebuah filsafat. Seperti Prof. Marsigit yang membangun filsafat peserta didiknya melalui banyak membaca elegi-elegi. Dengan demikian pemahaman dapat diperoleh oleh seluruh peserta didik, meskipun hanya dengan taraf sedikit demi sedikit.
3.      Bagaimana filsafat mampu untuk menangkal budaya asing yang tidak sesuai dengan tradisi atau budaya bangsa kita ?
Jawaban :
Kita harus mengetahui/menguasai prinsip-prinsip yang kita hidupkan dalam kehidupan bersuku, bermasyarakat, berbangsai dan bernegara. Ketika budaya asing masuk, maka kita mampu memfilter budaya-budaya asing yang masuk mempengaruhi budaya kita. Hal yang lain adalah harus memiliki keyakinan yang baik kepada tuhan yang maha esa dan mengamalkan pancasila yang merupakan falsafah hidup bangsa dan negara kita, tanpa itu/lain hal yang mungkin ada kita sulit untuk membendung pengaruh budaya asing dalam kehidupan kita sehari-hari.
Tanggapan :
Setuju, filsafat sebagai filterisasi terhadap budaya yang berkembang, yang tidak sesuai dengan budaya timur. Masyarakat timur berfundamen terhadap nilai-nilai luhur pancasila, segala sesuatu yang tidak sesuai dengan pancasila bisa dinyatakan pelanggaran terhadap norma dan membuangnya sejauh-jauhnya.

4.      Bagaimana menjelaskan firasat berdasarkan filsafat ?
Jawaban :
Lewat intuisi/firasat seseorang dapat menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Firasat berhubungan dengan hal-hal yang ada dan yang mungkin ada, sehingga lewat firasat itu kita berfirasat tentang baik sesuatunya dalam pikiran kita tapi juga yang ada di luar pikiran kita.
Tanggapan :
Setiap manusia memiliki firasat dalam menghadapi perjalanan kisah hidupnya, namun semua masih berada dalam koridor keilmuan dan pikiran sebagai dasar dalam menghadapi segala sesuatu. Dengan adanya firasat seseorang mampu untuk mengenalikan dirinya terhadap berbagai bentuk perilaku.

5.      Fakta, sintesis dan analitik.
Apakah ketiga unsur tersebut, ketika seseorang menghadapi sebuah permasalahan dapat digunakan semua dalam waktu yang bersamaan atau secara sequensial ?
Jawaban :
Kaitan dengan ketiga hal tersebut, tidak semua dilakukan secara bersamaan atau dilakukan secara sequensial. Karena pada dasarnya setiap apa yang kita pikirkan berarti harus dimuat, dilakukan dan hal tersebut dijadikan sebagai bukti.
Tanggapan :
Saya setuju berdasarkan Jawaban tersebut. Segala sesuatu yang terjadi berarti fakta yang sesuai dengan kenyataan, setelah mengalami kejadian barulah seseorang dapat melaporkan perilaku dan mampu untuk dilakukan tindak lanjut atas perilaku tersebut.

6.      Apakah anda setuju terhadap pemikiran, bahwa ilmu itu benar jika dipikirkan ? kemudian bagaimana seseorang sastra jika hanya memikirkan karyanya saja sehingga tidak bisa dinikmati orang lain ?
Jawaban :
Ya, saya setuju.
Sudah pasti bahwa setiap karya atau ciptaan seseorang, bila tidak dipergunakan mengatakan/menuliskan kepada orang lain, maka otomatis karyanya itu tidak dapat dialami orang lain, alias dinikmati oleh dirinya sendiri.
Tanggapan :
Sebuah keilmuan akan benar hanya jika dipikirkan saja, akan tetapi akan salah jika dituangkan, hal yang demikian karena ketika sesuatu yang telah terjadi tidak dapat di ulangi lagi. Hanya dapat dilakukan sebuah tindakan agar hal itu tidak mampu terjadi lagi. Tindakan adalah sebuah bentuk aktualisasi atas apa yang dilakukan.

7.      Setiap manusia memiliki potensi yang ada dan yang mungkin ada, yang mungkin sangat besar kemampuannya. Bagaimana hal itu dapat dimunculkan/diketahui oleh pribadi sendiri sehingga memberikan manfaat bagi orang lain ?
Jawaban :
Sesungguhnya potensi yang dimiliki oleh seseorang tidak dapat diketahui oleh dirinya sendiri tanpa ditunjukkan/dibantu oleh orang lain agar potensinya itu dapat diketahui, karena potensi seseorang tidak dapat terukur tanpa diimplementasikan dalam setiap aktivitas, kegiatan-kegiatannya setiap waktu. Selanjutnya, bilamana potensinyatidak diketahui oleh seseorang, maka ia harus membantu meningkatkan atau mengangkat potensi orang lain pula.
Tanggapan :
Setuju, potensi seseorang dapat diketahui jika seseorang itu mampu untuk melakukan tindakan yang mampu memberikan hasil yang optimal. Dengan potensi tersebut mestinya dikembangkan sebaik-baiknya. Sebaik-baik ilmu adalah jika dia mampu memanfaatkannya baik demi diri sendiri maupun orang lain.

8.      Mampukah filsafat memikirkan tentang kejadian alam/fenomena-fenomena alam, seperti siklus terjadinya hujan. Meskipun panas yang dihantarkan sinar matahari yang begitu kuat, mengapa hujan juga tak kunjung datang ?
Jawaban :
Bahwa mestinya mampu membaca bahkan memikirkan hal-hal yang berkaitan dengan fenomena-fenomena yang terjadi dengan alam semesta ini, karena fenomena-fenomena itu tidak dapat berjalan sendiri/terpisah tetapi berkaitan satu dengan yang lainnya. Hal-hal yang pernah terjadi dapat membawa filsafat untuk memikirkan semua hal yang mungkin terjadi.
Tanggapan :
Siklus satu dengan yang lain dalam kehidupan memiliki peranan yang erat, permasalahan satu mampu memberikan dampak yang begitu dahsyat bagi kehidupan di dunia ini. Filsafat mampu untuk memikirkan kondisi yang melatarbelakangi sebuah permasalahan kehidupan. Ciptakan filsafat untuk mengerti arti penting kehidupan.

9.      Aku jauh tapi tak begitu jauh, aku dekat tapi tak mampu engkau tangkap, apakah makna dari perkataan itu ?
Jawaban :
Maknanya adalah bahwa filsafat itu sesungguhnya berasal dari kehidupan kita sehari-hari, tetapi terkadang kita sendiri tidak mampu untuk mengetahuinya, bahwa kehidupan kita dari waktu ke waktu merupakan sebuah filsafat yang kita sendiri tidak dapat dipahami.
Tanggapan :
Saya setuju. Setiap perilaku manusia sebenar-benar berada dalam lingkup filsafat. Sadar tidak sadar mereka berada dalam lingkup filsafat. Kondisi yang sedemikian itu menjadikan kebutuhan bagi setiap pengguna ilmu pengetahuan yang ada.

10.  Ketika manusia memiliki problema, yang tidak mampu untuk dipikirkannya. Bagaimana peran filsafat menanggapi hal itu ?
Jawaban :
Sebenar-benar, tak seorang pun dapat mampu memikirkan hal-hal yang di luar dari keterbatasan dirinya sendiri atau pikirannya sendiri, tetapi untuk memecahkan setiap masalah adalah harus memerlukan orang lain untuk membantu dalam menyelesaikan masalah itu, karena tak seorang pun yang dapat hidup sendiri tanpa orang lain. Kehidupan yang saling membantu sebenar-benar adalah filsafat yang dibutuhkan dalam setiap menyelesaikan penyelesaian setiap masalah.
Tanggapan :
Setuju, Setiap permasalahan tidak ada yang tidak dapat diselesaikan kecuali seseorang itu tidak mau berusaha menggali pengetahuan dari diri sendiri dan orang lain.

11.  Bencana alam timbul sedemikian rupa, hingga semua dipikirkan sebagai cobaan dari tuhan tentang perilaku manusia. Memang semua diberikan tuhan, sebagai seorang filsafat, bagaimana menanggapi hal tersebut sebagai seorang sosok logos ?
Jawaban :
Setiap musibah itu bisa terjadi karena ulah manusia itu sendiri/karena ketuaan unsur-unsur yang ada di dalam alam itu sendiri. Dari sudut pandang pengetahuan setiap musibah dapat kapan saja terjadi, tetapi tanggung jawab dari ilmu itu sendiri adalah harus memberikan pencerahan kepada manusia agar lebih harus bertanggung jawab terhadap alam dan lingkungan dimana dia hidup agar keharmonisan antara manusia dengan manusia, alam serta lingkungan tetap terjaga dengan baik.
Tanggapan :
Setuju, setiap cobaan yang diberikan oleh tuhan berupa amanah kepada umat manusia agar tidak merasa sombong tehadap yang dimilikinya dan selalu mendekatkan diri padanya.

12.  Bagaimana menanggapi permasalahan pendidikan di negara kita. Penyimpangan-penyimpangan yang telah merajalela bukan hanya sekedar perilaku, moral pun sudah banyak ternoda dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bagaimana menanggapi hal itu, jika anda sebagai seorang pelajar ?
Dan apakah yang harus dilakukan aparatur pemerintah, guru sebagai pelaksana pendidikan ?
Jawaban :
Untuk menanggapi, pertama adalah dari diri sendiri, terhadap hal-hal yang baru, yang muncul akibat IPTEK, kemudian pengetahuan yang dimiliki dan juga keyakinan yang dimiliki oleh setiap orang akan menjadi kekuatan untuk mencegah dirinya dari setiap kebobrokan sikap dan karakter. Bagaimanapun juga tidak dapat dipungkiri bahwa semakin banyak bahkan semakin tinggi pengetahuan manusia, maka semakin banyak juga yang terjadi perubahan-perubahan yang akan berdampak secara langsung terhadap kehidupan manusia. Banyak fakta yang terjadi akhir-akhir ini pada bangsa kita karena penerapan dari pendidikan baik yang dilakukan dirumah maupun di sekolah terkontaminasi lingkungan dan hal-hal yang lain sehingga dimana-mana karakter bangsa tidak lagi sesuai norma-norma, prinsip-prinsip baik dilihat dari tingkat religi dan juga norma-norma yang ada pada bangsa dan negara itu sendiri.
Harus peran pemerintah, guru adalah mengajarkan anak itu (siswa tentang karakter-karakter) yang harus dihidupkan dan dipraktikkan dari waktu ke waktu dan mendapat dukungan pemerintah dalam menangani masalah-masalah itu tanpa kerjasama yanag baik antara pemerintah dan sekolah maka tidak akan pernah terjadi kesepahaman, bahkan akan berdampak terhadap persoalan yang lebih banyak terjadi di negeri ini.
Tanggapan :
Setuju, Cuma sedikit menambah peran filsafat merupakan filter bagi pola kehidupan yang tidak sesuai dengan kaedah-kaedah pancasila sebagai suatu pendoman bangsa. Perkembangan IPTEK harus disesuaikan dengan norma, peradaban yang telah berlaku, zaman yang canggih tanpa adanya pondamen yang kuat pada masing-masing individu akan terjadi ketimpangan yang berujung pada perusakan.

13.  Bagaimana menyikapi sebuah cita-cita, apakah mesti dipikirkan atau diusahakan dengan berbagai cara ?
Jawaban :
Yang pasti untuk menanggapi sebuah cita-cita tidak hanya dipikirkan tetapi harus ditindak lanjuti dengan berbagai kiat untuk mencapai cita-cita itu. Dimulai dengan perencanaan-perencanaan yang semakin baik akan membawa seseorang untuk meraih masa depan, cita-citanya tanpa kerja keras/usaha seseorang tidak akan pernah meraih/mencapai cita-cita dan harapan.
Tanggapan :
Setiap perjalanan memiliki sebuah tujuan, akanlah tidak harmonis jika suatu perjalanan tidak memiliki arah dan tujuan kemana ia akan berujung. Sebuah bus saja memiliki tujuan, pesawat juga dan lainnya. Semua tindakan yang bermanfaat akan memerlukan sebuah pengorbanan, entah besar ataupun kecil pengorbanan itu harus segeralah di usahakan demi terciptanya kedamaian hidup.