Senin, 03 Desember 2012

refleksi tanggal 27 Novembe 2012


Guru Sebagai Fasilitator Pendidikan

Setiap manusia menginginkan pendidikan bagi diri sendiri dan keluarga sebagai arah kemajuan akan kehidupannya. Belajar dapat dilakukan dengan melalui pendidikan formal dan non formal. Pendidikan formal dilakukan di sekolah-sekolah dan pendidikan non formal dilakukan melalui menggali sendiri pengetahuan itu, baik dengan membaca dan membaca akan buku-buku, materi-materi sesuai dengan bidang yang didalami. Dalam hal ini, guru sebagai fasilitator pendidikan dalam menyampaikan pembelajaran kepada siswa harus mendesain sedemikian agar pembelajaran yang diakukan dapat lebih mudah untuk dipahami dan diterima oleh siswa. Pendidikan lebih berdasarkan pada pengalaman a posteriori, dengan melakukan terlebih dahulu suatu kegiatan kemudian baru akan memperoleh sebuah kesimpulan atau pengalaman atas apa yang dilakukan. Kebanyakan pendidikan yang dilakukan oleh guru didasarkan atas pengalaman yang dilakukan para pendahulunya dan terus mengikuti tanpa melakukan pengembangan akan pengetahuan yang dimiliki, tanpa menyesuaikan atas apa yang terjadi pada diri siswa pada situasi sekarang. Setiap siswa memiliki karakteristik berbeda-beda, dalam menerima pemahaman materi yang disampaikan guru. Untuk itu guru perlu memahami karakteristik yang seperti apa yang diinginkan siswanya, agar pembelajaran yang dilakukan dapat memperoleh keberhasilan. Guru harus selalu membangun pengetahuan yang dimilikinya, agar tidak terjebak mitos yang selalu mengiringi  perjalanannya.
Seorang siswa sebelum melakukan kegiatan belajar, tidak mengerti apa-apa atas apa yang akan dilakukan dalam kegiatan belajar nantinya. Setelah kegiatan belajar dilaksanakan, pemahaman yang ada dan yang mungkin ada akan berkembang sedikit. Kemudian setelah kegiatan itu beberapa waktu berjalan, pemahaman akan semakin bertambah dan bertambah, dan pemahaman itu menjadi tumbuh dan berkembang. Hingga pada akhirnya siswa itu mampu memiliki pemahaman yang besar dan mampu bermanfaat bagi orang di sekelilingnya, keluarga dan masyarakat. Karena manusia itu tidak mampu hidup sendiri, manusia tercipta sebagai makhluk sosial sehingga perlu adanya sosialisasi dengan manusia yang lain sebagai bentuk aplikasi terhadap pengetahuan yang dimiliki.
Belajar harus berasal dari hal yang konkrit agar pemahaman yang dilakukan menjadi lebih mudah, sebagai seorang siswa pembelajaran yang dilakukan dengan media atau pengalaman yang nyata akan lebih mudah diterima oleh siswa daripada berdasarkan pada logika dan angan-angan. Siswa akan merasa sulit menerima pemahaman yang didasarkan pada logika dan angan-angan, karena dengan berpikir menjadikan siswa bingung terhadap pemahaman yang akan dilakukan. Pendidikan yang dilakukan oleh guru sekarang ini berdasarkan pada guru lebih mendominasi siswa, guru lebih mengetahui atas apa yang diajarkan, guru bersifat pasif, guru merasa menguasai dunia. Ini merupakan mitos yang telah berjalan bertahun-tahun hingga sampai saat ini. Sehingga pembelajaran yang berlangsung bersifat monoton tanpa berpikir realism terhadap kondisi sekarang. Guru tidak berpikir ideal, akan keterbatasan yang dimiliki oleh manusia, untuk itu individu perlu saling menghargai dan berpikir bahwa manusia memiliki banyak keterbatasan sehingga tidak mengetahui dunia seutuhnya untuk itu manusia perlu adanya membangun pengetahuan yang dimiliki secara terus menerus dan tidak mudah puas akan hasil yang dicapai.
Setiap manusia memiliki karakter yang berbeda-beda, karakter dapat dibangun melalui interaksi tentang yang ada dan yang mungkin ada. Seseorang yang belajar harus memiliki alat, sikap, kemampuan, keahlian dan pengetahuan. Hal tersebut harus saling melengkapi demi tercapai sifat dari pembelajaran yang dilakukan. Dengan belajar, manusia agar memperoleh kemampuan yang objektif sehingga dapat dimanfaatkan bagi orang lain yang membutuhkan. Guru yang mempunyai kemampuan yang terus dibangun akan lebih memberikan pengetahuan yang lebih luas daripada guru yang tidak membangun pengetahuan yang dimiliki dan hanya berdasarkan pada mitos bukan pada logos.

Pertanyaan :
1.      Bagaimana sikap dalam membangun seorang pelajar agar pola pendidikan dapat mencapai tujuan, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa ?
2.      Darimana menumbuhkan pemahaman dan perbaikan pola pendidikan yang berlangsung saat ini, karena banyak yang tidak sesuai dengan karakteristik siswa ?