Kebenaran dan
Keadilan
Manusia hidup dan berkembang selalu
beriringan dengan pengetahuan yang dimiliki. Pengetahuan harus selalu
berkembang agar manusia tidak termakan akan mitos sehingga membutuhkan jargon
dalam dirinya agar tidak termakan mitosnya. Peristiwa demi peristiwa dilalui
manusia, baik pahit maupun manis semua pasti akan dijalani tinggal bagaimana
manusia menyesuaikan dengan kondisinya. Sehingga terkadang timbul kecemburuan
sosial, memperoleh ketidakadilan akan suatu sikap dan itu membuat manusia
merasa tidak nyaman dalam kehidupannya. Permasalahan itu menjadikan manusia
mencari keadilan, untuk memperoleh keharmonisan, karena manusia tidak mampu
memberikan keadilan yang seadil-adilnya. Meskipun manusia memberikan keadilan,
namun keadilan tersebut mungkin berupa ketidakadilan. Keadilan yang absolute
hanyalah milik Allah SWT, sebagai seorang umat manusai yang beragama, harus
selalu berikhtiar agar diberikan petunjuk dari Allah untuk memiliki sifat adil.
Keadilan manusia hanyalah bersifat relative, dengan sebatas kemampuan manusia. Dan
keterbatasan manusia mencapai keadilan adalah terikat oleh ruang dan waktu.
Keadilan yang ada memerlukan kebenaran,
didukung keberadaan suatu hal yang konkret terhadap permasalahan yang ada dan
yang mungkin ada. Seorang direktur merasa benar jika memperoleh laporan dari
karyawannya, jika ia seorang bayi merasa benar jika sudah mengulum sebuah benda
yang dipegang, seorang siswa merasa benar jika sudah mengerjakan PR. Dalam
memberikan sikap adil kepada orang lain, membutuhkan fakta-fakta yang ada untuk
dianalisis agar manusia tidak terjebak akan mitos. Kebenaran akan fakta-fakta
yang ada harus selalu dicari, digali sedalam-dalamnya demi terpenuhi
pengetahuan yang baru. Janganlah manusia terdiam hingga mitos mendekati dan
bersamanya, itulah sebenar mati dalam arti sedalam-dalamnya. Pengetahuan itu
tidak akan pernah mati, tergantung manusia masih berusaha untuk mencari
kebenaran akan suatu hal yang terjadi maupun yang akan terjadi. Segala sesuatu
adalah rahasia illahi, tak ada daya dan upaya untuk menjangkau atau
mengetahuinya. Selama manusia itu masih memiliki sifat kekurangan, kesombongan
tidak akan pernah bersamanya. Sombong merupakan sifat setan yang paling dibenci
Allah, semoga diampuni segala kesalahan dan diberikan petunjukNya. Manusia
sering terpaku pada kebenaran yang fiktif, tanpa mengetahui permasalahan
penyebab kejadian perkara. Dampak yang diberikan berupa ketidakadilan yang
sering melanda semua pihak. Untuk itu para pemberi keadilan (hakim), mereka
berusaha memberikan keadilan dengan berdasar pada sudut pandang subjektif dan
objektif serta fakta-fakta yang ada. Semua dimunculkan hingga di analisis untuk
memberikan hasil yang memuaskan dan aman bagi semua pihak yang di dasarkan pada
kebenaran.
Akal diberikan tuhan untuk berpikir dan
memikirkan segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada di dunia ini.
Memisahkan antara tuntunan dan larangan serta kesemuanya itu sesuai dengan
ajaran agama masing-masing dan telah diatur di dalamnya. Semua itu diberikan
kepada manusia agar memanfaatkan limpahan yang telah diberikan tuhan. Tidak ada
manusia yang sempurna, mereka semua memiliki keterbatasan dan menyadari akan
keberadaan dirinya dalam ruang dan waktu. Kelebihan bukanlah sesuatu yang perlu
untuk disombongkan, hal itu tidaklah sesuai
dengan sifat tuhan. Menjalankan segala sesuatu sesuai dengan fitrohnya, membina
kehidupan yang harmonis antar sesama manusia karena kita merupakan makhluk sosial.
Manusia sering melakukan hal yang didasarkan pada hedonisme, tidak mau terikat
akan suatu hal atau aturan. Menurut mereka kebebasan itu lebih menyenangkan
daripada terikat pada suatu keadaan. Itulah sebenarnya kerugian, sesungguhnya
manusia berada di dalam kerugian waktu jika tidak memahami keberadaan waktu
yang diberikan tuhan.
Dalam memperoleh ilmu, mengembangkan
pengetahuan dibutuhkan pengarahan dan bimbingan yang intensif dari guru dan
yang terdapat di dalamnya. Guru sebagai fasilitator pendidikan, mengarahkan dan
membentuk pola pikir siswanya agar berkembang. Setiap siswa tidak mengetahui
akan apa yang akan dilakukan sebelum diberikan pengarahan dari guru. Siswa akan
bertanya-tanya akan kegiatan yang dilakukan, tidak memiliki pemahaman akan apa
yang berjalan dimana sebelum diberikan petunjuk atau terjun langsung sebagai subjek
belajar. Setelah mereka menjalani kegiatan, akan terbentuk pola pikir yang
semakin berkembang mengikuti pengetahuan yang dimiliki. Pemahaman itu selalu
berkembang, hingga memiliki pengetahuan mampu untuk disampaikan dan memberikan manfaat
bagi orang lain. Itulah sebenar-benar pembelajaran yang berguna bagi pendidikan.
Dalam memberikan pembelajaran harus diperhatikan hal-hal sebagai persiapan
sebelum mengajar hingga tahap evaluasi.
Pertanyaan
1.
Apakah kita harus
menerima setiap putusan yang mungkin tidak memperoleh keadilan, atau selalu
mencari kebenaran demi tercapainya keadilan ?
2.
Masih banyak
warga pendidikan yang belum memperoleh keadilan dalam menikmati pendidikan yang
sesungguhnya, bagaiman menilai sikap adil dalam bidang pendidikan ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar