Senin, 07 Januari 2013

refleksi 11 desember


Kebenaran dan Keadilan

Manusia hidup dan berkembang selalu beriringan dengan pengetahuan yang dimiliki. Pengetahuan harus selalu berkembang agar manusia tidak termakan akan mitos sehingga membutuhkan jargon dalam dirinya agar tidak termakan mitosnya. Peristiwa demi peristiwa dilalui manusia, baik pahit maupun manis semua pasti akan dijalani tinggal bagaimana manusia menyesuaikan dengan kondisinya. Sehingga terkadang timbul kecemburuan sosial, memperoleh ketidakadilan akan suatu sikap dan itu membuat manusia merasa tidak nyaman dalam kehidupannya. Permasalahan itu menjadikan manusia mencari keadilan, untuk memperoleh keharmonisan, karena manusia tidak mampu memberikan keadilan yang seadil-adilnya. Meskipun manusia memberikan keadilan, namun keadilan tersebut mungkin berupa ketidakadilan. Keadilan yang absolute hanyalah milik Allah SWT, sebagai seorang umat manusai yang beragama, harus selalu berikhtiar agar diberikan petunjuk dari Allah untuk memiliki sifat adil. Keadilan manusia hanyalah bersifat relative, dengan sebatas kemampuan manusia. Dan keterbatasan manusia mencapai keadilan adalah terikat oleh ruang dan waktu.
Keadilan yang ada memerlukan kebenaran, didukung keberadaan suatu hal yang konkret terhadap permasalahan yang ada dan yang mungkin ada. Seorang direktur merasa benar jika memperoleh laporan dari karyawannya, jika ia seorang bayi merasa benar jika sudah mengulum sebuah benda yang dipegang, seorang siswa merasa benar jika sudah mengerjakan PR. Dalam memberikan sikap adil kepada orang lain, membutuhkan fakta-fakta yang ada untuk dianalisis agar manusia tidak terjebak akan mitos. Kebenaran akan fakta-fakta yang ada harus selalu dicari, digali sedalam-dalamnya demi terpenuhi pengetahuan yang baru. Janganlah manusia terdiam hingga mitos mendekati dan bersamanya, itulah sebenar mati dalam arti sedalam-dalamnya. Pengetahuan itu tidak akan pernah mati, tergantung manusia masih berusaha untuk mencari kebenaran akan suatu hal yang terjadi maupun yang akan terjadi. Segala sesuatu adalah rahasia illahi, tak ada daya dan upaya untuk menjangkau atau mengetahuinya. Selama manusia itu masih memiliki sifat kekurangan, kesombongan tidak akan pernah bersamanya. Sombong merupakan sifat setan yang paling dibenci Allah, semoga diampuni segala kesalahan dan diberikan petunjukNya. Manusia sering terpaku pada kebenaran yang fiktif, tanpa mengetahui permasalahan penyebab kejadian perkara. Dampak yang diberikan berupa ketidakadilan yang sering melanda semua pihak. Untuk itu para pemberi keadilan (hakim), mereka berusaha memberikan keadilan dengan berdasar pada sudut pandang subjektif dan objektif serta fakta-fakta yang ada. Semua dimunculkan hingga di analisis untuk memberikan hasil yang memuaskan dan aman bagi semua pihak yang di dasarkan pada kebenaran.
Akal diberikan tuhan untuk berpikir dan memikirkan segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada di dunia ini. Memisahkan antara tuntunan dan larangan serta kesemuanya itu sesuai dengan ajaran agama masing-masing dan telah diatur di dalamnya. Semua itu diberikan kepada manusia agar memanfaatkan limpahan yang telah diberikan tuhan. Tidak ada manusia yang sempurna, mereka semua memiliki keterbatasan dan menyadari akan keberadaan dirinya dalam ruang dan waktu. Kelebihan bukanlah sesuatu yang perlu untuk disombongkan, hal itu tidaklah sesuai  dengan sifat tuhan. Menjalankan segala sesuatu sesuai dengan fitrohnya, membina kehidupan yang harmonis antar sesama manusia karena kita merupakan makhluk sosial. Manusia sering melakukan hal yang didasarkan pada hedonisme, tidak mau terikat akan suatu hal atau aturan. Menurut mereka kebebasan itu lebih menyenangkan daripada terikat pada suatu keadaan. Itulah sebenarnya kerugian, sesungguhnya manusia berada di dalam kerugian waktu jika tidak memahami keberadaan waktu yang diberikan tuhan.
Dalam memperoleh ilmu, mengembangkan pengetahuan dibutuhkan pengarahan dan bimbingan yang intensif dari guru dan yang terdapat di dalamnya. Guru sebagai fasilitator pendidikan, mengarahkan dan membentuk pola pikir siswanya agar berkembang. Setiap siswa tidak mengetahui akan apa yang akan dilakukan sebelum diberikan pengarahan dari guru. Siswa akan bertanya-tanya akan kegiatan yang dilakukan, tidak memiliki pemahaman akan apa yang berjalan dimana sebelum diberikan petunjuk atau terjun langsung sebagai subjek belajar. Setelah mereka menjalani kegiatan, akan terbentuk pola pikir yang semakin berkembang mengikuti pengetahuan yang dimiliki. Pemahaman itu selalu berkembang, hingga memiliki pengetahuan mampu untuk disampaikan dan memberikan manfaat bagi orang lain. Itulah sebenar-benar pembelajaran yang berguna bagi pendidikan. Dalam memberikan pembelajaran harus diperhatikan hal-hal sebagai persiapan sebelum mengajar hingga tahap evaluasi.  

Pertanyaan
1.      Apakah kita harus menerima setiap putusan yang mungkin tidak memperoleh keadilan, atau selalu mencari kebenaran demi tercapainya keadilan ?
2.      Masih banyak warga pendidikan yang belum memperoleh keadilan dalam menikmati pendidikan yang sesungguhnya, bagaiman menilai sikap adil dalam bidang pendidikan ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar