Senin, 07 Januari 2013

refleksi tanggal 18 desember


Intuisi Seseorang Dalam Kehidupan

Belajar berfilsafat dapat diwujudkan dalam berolah pikir, mengatakan yang ada dan yang mungkin ada dalam segala hal secara bebas sesuai dengan norma-norma. Filsafat itu sebagai pembebasan untuk dapat mengatakan meta matematika, meta fisika, meta kehidupan, meta penglihatan. Ternyata yang ada dan yang mungkin ada memiliki meta nya masing-masing dan semua itu bersifat sebagai sintesis. Sebagai contoh pertanyaan apa yang dibalik oksigen, apa di balik…….. hingga mereka tidak mampu untuk menjawabnya, itulah yang dimaksud dengan sintesis. Dalam belajar filsafat perlu adanya adab berpikir, karena sebenar-benar filsafat adalah berpikir atau berolah pikir. Filsafat dikatakan sebagai onthologi karena dapat mempelajari dasar ilmu, sehingga sebenar-benar filsafat adalah penjelasanmu. Filsafat ilmu adalah segala hal yang memperbincangkan tentang ilmu yang ada dan yang mungkin ada dalam pendidikan. Filsafat matematika adalah memperbincangkan yang ada dan yang mingkin ada dalam pendidikan matematika. Dalam pengembangan ilmu mampukan memperbincangkan dalam pendidikan, jangan sampai dalam mengembangkan kurikulum seorang pengembang itu hanya bersifat parsial karena hanya tambal sulam untuk memperbaiki kurikulum. Pemerhatian dalam pengembangan kurikulum memahami kondisi yang ada dalam kehidupan ini, untuk memperoleh kurikulum yang benar-bnar dapat dijadikan acuan dalam pendidikan dan mampu membawa masyarakat kearah kemajuan pendidikan.
Filsafat itu adalah aturan meskipun buka aturan yang sebenar-benarnya, masalah adat sepenting-penting adat harus harus dipayungi dengan keimanan kita, pancasila dan berlandaskan pada UUD ’45. Seorang yang belajar filsafat, mereka berlaku sebagai foundalisme serta intuisialisme. Manusia kecil sekaligus besar, orang tua sekaligus muda, kaya sekaligus miskin, orang bodoh sekaligus pintar, orang malas sekaligus kreatif dan masih banyak lagi. Itulah sebagai keterbatasan manusia agar mereka tidak berlaku sombong , sehingga keterbatasan itu merupakan rahmat tuhan, sehingga manusia perlu untuk mensyukuri nikmat dan karuniaNya yang telah diberikan. Sebagai contoh dalam pembelajaran filsafat yang menuntut siswa untuk membaca elegy sebagai pelaksanaan pembelajaran, sehingga ketika siswa tidak mau untuk membaca elegy berarti ia berlaku sombong karena telah mampu untuk mempelajari filsafat itu sendiri, dan itu adalah kesombongan yang sangat besar. Dalam berfilsafat menggunakan metode hereumatika/terjemah-menerjemahkan/silaturahim/metode hidup. Sesuai dengan kondrat manusia yang diberikan tuhan, maka metode yang digunaka adalah metode hidup. Berfilsafat itu terikat pada ruang dan waktu, yaitu mudah untuk diucapkan namun susah untuk diterapkan sesuai ruang dan waktunya. Ruang dan waktu tidak lain dan tidak bukan adalah intuisi, maka jangan berpikir ruang dan waktu hanya yang memiliki intuisi, namun yang lain juga memiliki intuisi.
Dalam berbicara dalam lingkungan masyarakat harus berlandaskan pada aturan dan kitab kuning agar tidak menyinggung yang lain, karena keharmonisan dalam masyarakat itu perlu dibangun dan dijaga agar tercipta kerukunan antar anggota masyarakat. Dalam mengkritisi seseorang harus melihat latar belakang orang itu yang dilakukan, mungkin itu bersifat sebagai prestasi atau dengan alasan tertentu yang memang perlu untuk dilakukan. untuk memperoleh kondisi normal. Potensi untuk melakukan aktivitas akan berjalan dengan baik jika ditunjang dengan kondisi tubuh yang normal. Seorang yang berfilsafat melingkupi semua yang ada dan yang mungkin ada karena memiliki potensi untuk melakukan sesuatu, dan mereka memiliki sifat kehidupan untuk perlu dihargai atau dihormati. Segala yang ada di dunia ini perlu untuk dijaga kelestariannya untuk mencapai keseimbangan kehidupan. Terkadang manusia lupa keberadaan di dunia ini diciptakan oleh tuhan untuk menjaga yang ada di dunia ini dan memanfaatkan sebaik-baiknya. Namun kemudian manusia bertindak mengeksploitasi segala yang ada untuk dimanfaatkan bagi kehidupannya tanpa memperhatikan dampak yang akan ditimbulkan dan itulah keserakahan manusia untuk memiliki semuanya. Dengan bertindak semena-mena terhadap sesama dengan mengharap keuntungan selalu ada pada dirinya.
Di dunia ini, setiap isi pasti memiliki wadah, baik yang ada dan yang mungkin ada. Meskipun bentuk wadahnya, manusia tidak menyadarinya. Air yang tumpah dikiranya tidak memiliki wadah, sesungguhnya wadah itu adalah ruangan yang ia tumpahi. Itulah kesadaran manusia akan suatu keadaaan. Manusia memiliki intuisi  dalam dirinya yang diperoleh dari pengalaman atas aktivitas dari kehidupan sehari-hari, mereka mengerti konsep enak, mengerti konsep cantik, mengerti konsep ganteng dan itu semua itu tidak perlu untuk dijelaskan mereka dalam kehidupan untuk diucapkan pengartiannya. Seorang yang autisme, tidak memiliki atau kehilangan intuisi dalam dirinya, konsep pendidikan yang benar yaitu dengan menumbuh kembangkan intuisi dalam diri siswanya. Sehingga mampu melakukan aktivitas atau memecahkan permasalahan yang dihadapi dengan baik, intuisi selalu dibangun dengan pengetahuan-pengetahuan yang baru. Karena pengetahuan yang lama akan mati dan tumbuh pengetahuan yang baru yang lebih baik. Pengetahuan yang hanya bertahan untuk konsep lama, berarti mereka termakan oleh mitos. Janganlah kamu termakan mitos, sehingga perlu untuk belajar dan belajar demi memperoleh pengetahuan yang baru. Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswanya, yang dilakukan oleh seorang guru adalah dalam upaya untuk mengembangkan intuisi dalam dirinya untuk semakin komplek.
Bagaimana pendidikan yang kita jalankan, apakah akan menuju pada kompetisi atau kolaborasi, itu semua bukan merupakan jawaban secara filsafat. Pendidikan bukanlah berifat kompetisi ataupun kolaborasi melainkan pembangunan pengetahuan kepada siswanya untuk menjadi tahu dan paham apa yang nantinya akan dilakukan. meskipun pada akhirnya berlaku pada kompetisi dalam penunjukkan pemerolehan hasil evaluasi. pendidikan dilakukan sebagai kewajiban atau kesadaran bagi seluruh pemangku kegiatan pendidikan. Pendidikan sebagai kewajiban pemerintah untuk menjalankan pendidikan, dan masyarakat perlu untuk memiliki kesadaran akan pendidikan untuk anak-anaknya untuk dapat maju dan memiliki pengetahuan. Merasa membutuhkan menjadikan pembelajaran akan berlanngsung dengan baik. Semangat dan motivasi belajar yang tinggi akan tumbuh jika itu sebuah kesadaran akan pendidikan. Tanpa paksaaan dari berbagai pihak dalam menjalankan pendidikan. Pendidikan yang berkembang, berarti tumbuh intuisi dalam diri siswanya, mereka menjadi tahu dan paham yang diajarkan kepada mereka. Intuisi didasarkan pada pengalaman-pengalaman dalam kehidupannya sehari-hari. Setiap orang memperoleh intuisi itu melalui hal yang berbeda-beda, sesuai dengan yang dilakukan oleh dirinya masing-masing. Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang mengerti rasa sakit saja dalam memperolehnya berbeda-beda, seperti dicubit sakit, ditendang sakit, jatuh sakit dan lain-lain, sehingga pengartian sakit seseorang itu berbeda-beda.
Zaman sekarang berbda dengan zaman dahulu, kalau zaman dahulu semua yang diucapkan para pejabat berlaku absolutism namun sekarang berbeda bersifat demokratisme. Para pejabat kebenaran yang diucapkan bersifat otoritatif, karena kekuasaan yang dimiliki. Sesungguhnya kebenaran yang sebenar-benarnya adalah kebenaran oleh Allah SWT. Manusia hanya mampu untuk meminta pentunjuk dalam memperoleh kebenaran. Tiada daya dan upaya yang dilakukan manusia untuk memperoleh kebenaran tanpa kuasaNya. Belajar filsafat tidak hanya diberikan kepada siapa saja melainkan meperhatikan kepada siapa itu diajarkan dan diperbincangkan. Filsafat belum mampu untuk diajarkan kepada anak-anak, filsafat itu bahasanya orang dewasa. Anak kecil belum mampu untuk menjangkaunya, bisa jadi perkataan kita akan menjadi bahan tertawa bagi orang yang belum memahami filsafat itu sendiri. Sehingga semua itu ada dimensinya masing-masing dan harus menyesuiakan dengan dimensinya itu. Banyak buku yang dikarang oleh opourtunis-oportunis, karena buku karanganya tidak sesuai dengan kemampuannya yang ditulis. Karena banyak yang ditulis tidak dipahami oleh penulisnya sendiri, mengumpulkan bahan atau materi dari sana-sini untuk menjadi sebuah buku dan ini menjadi rantai setan yang tidak ada pangkal dan ujungnya. Sehingga dalam melakukan sesuatu hatus memperhatikan dimensi-dimensi, janganlah melampaui dimensi, jika melampaui berarti kita telah melakukan tindakan korupsi terhadap dimensi yang telah diberikan.
Pendidikan yang memerdekakan itu seperti apa, intuisi adalah ruang dan waktu. Seseorang yang mengatakan itu berlangsung hingga sepuluh tahun hingga ia sama dalam mengatakannya maka ia akan termakan akan mitosnya. Sehingga intuisi itu sesuai dengan ruang dan waktu, yang selalu berkembang. Term yang berkembang misalnya kata-kata yang sekarang dipakai dan dulu belum ada adalah jadian, dulu berarti siluman namun sekarang berarti sebagai kata pacaran. Itulah term-terma yang berkembang. Sehingga kata merdeka, mereka mengerti merdeka setelah mereka belajar ilmu sejarah ’45 itu dilakukan secara formal. Merdeka dapat diartikan  pembebasan kebodohan,dalam lingkup pendidikan. Bebas dapat diartikan lepas dari keterikatan jika mereka berada dalam suatu organisasi.

1.      Apakah pendidikan yang dilakukan dapat terlepas dari intuisi yang dibangun para gurunya ?
2.      Bagaimana seorang anak yang lupa akan jati dirinya, agar mampu mengingat keberadaannya sebagai insan bermasyarakat ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar