Intuisi
Seseorang Dalam Kehidupan
Belajar
berfilsafat dapat diwujudkan dalam berolah pikir, mengatakan yang ada dan yang
mungkin ada dalam segala hal secara bebas sesuai dengan norma-norma. Filsafat itu
sebagai pembebasan untuk dapat mengatakan meta matematika, meta fisika, meta
kehidupan, meta penglihatan. Ternyata yang ada dan yang mungkin ada memiliki
meta nya masing-masing dan semua itu bersifat sebagai sintesis. Sebagai contoh
pertanyaan apa yang dibalik oksigen, apa di balik…….. hingga mereka tidak mampu
untuk menjawabnya, itulah yang dimaksud dengan sintesis. Dalam belajar filsafat
perlu adanya adab berpikir, karena sebenar-benar filsafat adalah berpikir atau
berolah pikir. Filsafat dikatakan sebagai onthologi karena dapat mempelajari dasar
ilmu, sehingga sebenar-benar filsafat adalah penjelasanmu. Filsafat ilmu adalah
segala hal yang memperbincangkan tentang ilmu yang ada dan yang mungkin ada dalam
pendidikan. Filsafat matematika adalah memperbincangkan yang ada dan yang
mingkin ada dalam pendidikan matematika. Dalam pengembangan ilmu mampukan
memperbincangkan dalam pendidikan, jangan sampai dalam mengembangkan kurikulum
seorang pengembang itu hanya bersifat parsial karena hanya tambal sulam untuk
memperbaiki kurikulum. Pemerhatian dalam pengembangan kurikulum memahami
kondisi yang ada dalam kehidupan ini, untuk memperoleh kurikulum yang
benar-bnar dapat dijadikan acuan dalam pendidikan dan mampu membawa masyarakat kearah
kemajuan pendidikan.
Filsafat
itu adalah aturan meskipun buka aturan yang sebenar-benarnya, masalah adat
sepenting-penting adat harus harus dipayungi dengan keimanan kita, pancasila
dan berlandaskan pada UUD ’45. Seorang yang belajar filsafat, mereka berlaku
sebagai foundalisme serta intuisialisme. Manusia kecil sekaligus besar, orang
tua sekaligus muda, kaya sekaligus miskin, orang bodoh sekaligus pintar, orang
malas sekaligus kreatif dan masih banyak lagi. Itulah sebagai keterbatasan
manusia agar mereka tidak berlaku sombong , sehingga keterbatasan itu merupakan
rahmat tuhan, sehingga manusia perlu untuk mensyukuri nikmat dan karuniaNya
yang telah diberikan. Sebagai contoh dalam pembelajaran filsafat yang menuntut
siswa untuk membaca elegy sebagai pelaksanaan pembelajaran, sehingga ketika
siswa tidak mau untuk membaca elegy berarti ia berlaku sombong karena telah
mampu untuk mempelajari filsafat itu sendiri, dan itu adalah kesombongan yang
sangat besar. Dalam berfilsafat menggunakan metode hereumatika/terjemah-menerjemahkan/silaturahim/metode
hidup. Sesuai dengan kondrat manusia yang diberikan tuhan, maka metode yang digunaka
adalah metode hidup. Berfilsafat itu terikat pada ruang dan waktu, yaitu mudah
untuk diucapkan namun susah untuk diterapkan sesuai ruang dan waktunya. Ruang dan
waktu tidak lain dan tidak bukan adalah intuisi, maka jangan berpikir ruang dan
waktu hanya yang memiliki intuisi, namun yang lain juga memiliki intuisi.
Dalam
berbicara dalam lingkungan masyarakat harus berlandaskan pada aturan dan kitab
kuning agar tidak menyinggung yang lain, karena keharmonisan dalam masyarakat
itu perlu dibangun dan dijaga agar tercipta kerukunan antar anggota masyarakat.
Dalam mengkritisi seseorang harus melihat latar belakang orang itu yang
dilakukan, mungkin itu bersifat sebagai prestasi atau dengan alasan tertentu
yang memang perlu untuk dilakukan. untuk memperoleh kondisi normal. Potensi untuk
melakukan aktivitas akan berjalan dengan baik jika ditunjang dengan kondisi
tubuh yang normal. Seorang yang berfilsafat melingkupi semua yang ada dan yang
mungkin ada karena memiliki potensi untuk melakukan sesuatu, dan mereka memiliki
sifat kehidupan untuk perlu dihargai atau dihormati. Segala yang ada di dunia
ini perlu untuk dijaga kelestariannya untuk mencapai keseimbangan kehidupan. Terkadang
manusia lupa keberadaan di dunia ini diciptakan oleh tuhan untuk menjaga yang
ada di dunia ini dan memanfaatkan sebaik-baiknya. Namun kemudian manusia
bertindak mengeksploitasi segala yang ada untuk dimanfaatkan bagi kehidupannya
tanpa memperhatikan dampak yang akan ditimbulkan dan itulah keserakahan manusia
untuk memiliki semuanya. Dengan bertindak semena-mena terhadap sesama dengan
mengharap keuntungan selalu ada pada dirinya.
Di
dunia ini, setiap isi pasti memiliki wadah, baik yang ada dan yang mungkin ada.
Meskipun bentuk wadahnya, manusia tidak menyadarinya. Air yang tumpah dikiranya
tidak memiliki wadah, sesungguhnya wadah itu adalah ruangan yang ia tumpahi. Itulah
kesadaran manusia akan suatu keadaaan. Manusia memiliki intuisi dalam dirinya yang diperoleh dari pengalaman
atas aktivitas dari kehidupan sehari-hari, mereka mengerti konsep enak,
mengerti konsep cantik, mengerti konsep ganteng dan itu semua itu tidak perlu untuk
dijelaskan mereka dalam kehidupan untuk diucapkan pengartiannya. Seorang yang autisme,
tidak memiliki atau kehilangan intuisi dalam dirinya, konsep pendidikan yang
benar yaitu dengan menumbuh kembangkan intuisi dalam diri siswanya. Sehingga mampu
melakukan aktivitas atau memecahkan permasalahan yang dihadapi dengan baik,
intuisi selalu dibangun dengan pengetahuan-pengetahuan yang baru. Karena pengetahuan
yang lama akan mati dan tumbuh pengetahuan yang baru yang lebih baik. Pengetahuan
yang hanya bertahan untuk konsep lama, berarti mereka termakan oleh mitos. Janganlah
kamu termakan mitos, sehingga perlu untuk belajar dan belajar demi memperoleh
pengetahuan yang baru. Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswanya,
yang dilakukan oleh seorang guru adalah dalam upaya untuk mengembangkan intuisi
dalam dirinya untuk semakin komplek.
Bagaimana
pendidikan yang kita jalankan, apakah akan menuju pada kompetisi atau
kolaborasi, itu semua bukan merupakan jawaban secara filsafat. Pendidikan bukanlah
berifat kompetisi ataupun kolaborasi melainkan pembangunan pengetahuan kepada
siswanya untuk menjadi tahu dan paham apa yang nantinya akan dilakukan.
meskipun pada akhirnya berlaku pada kompetisi dalam penunjukkan pemerolehan hasil
evaluasi. pendidikan dilakukan sebagai kewajiban atau kesadaran bagi seluruh
pemangku kegiatan pendidikan. Pendidikan sebagai kewajiban pemerintah untuk
menjalankan pendidikan, dan masyarakat perlu untuk memiliki kesadaran akan
pendidikan untuk anak-anaknya untuk dapat maju dan memiliki pengetahuan. Merasa
membutuhkan menjadikan pembelajaran akan berlanngsung dengan baik. Semangat dan
motivasi belajar yang tinggi akan tumbuh jika itu sebuah kesadaran akan
pendidikan. Tanpa paksaaan dari berbagai pihak dalam menjalankan pendidikan. Pendidikan
yang berkembang, berarti tumbuh intuisi dalam diri siswanya, mereka menjadi
tahu dan paham yang diajarkan kepada mereka. Intuisi didasarkan pada pengalaman-pengalaman
dalam kehidupannya sehari-hari. Setiap orang memperoleh intuisi itu melalui hal
yang berbeda-beda, sesuai dengan yang dilakukan oleh dirinya masing-masing. Dalam
kehidupan sehari-hari, seseorang mengerti rasa sakit saja dalam memperolehnya
berbeda-beda, seperti dicubit sakit, ditendang sakit, jatuh sakit dan lain-lain,
sehingga pengartian sakit seseorang itu berbeda-beda.
Zaman
sekarang berbda dengan zaman dahulu, kalau zaman dahulu semua yang diucapkan
para pejabat berlaku absolutism namun sekarang berbeda bersifat demokratisme. Para
pejabat kebenaran yang diucapkan bersifat otoritatif, karena kekuasaan yang
dimiliki. Sesungguhnya kebenaran yang sebenar-benarnya adalah kebenaran oleh
Allah SWT. Manusia hanya mampu untuk meminta pentunjuk dalam memperoleh
kebenaran. Tiada daya dan upaya yang dilakukan manusia untuk memperoleh
kebenaran tanpa kuasaNya. Belajar filsafat tidak hanya diberikan kepada siapa
saja melainkan meperhatikan kepada siapa itu diajarkan dan diperbincangkan. Filsafat
belum mampu untuk diajarkan kepada anak-anak, filsafat itu bahasanya orang
dewasa. Anak kecil belum mampu untuk menjangkaunya, bisa jadi perkataan kita
akan menjadi bahan tertawa bagi orang yang belum memahami filsafat itu sendiri.
Sehingga semua itu ada dimensinya masing-masing dan harus menyesuiakan dengan
dimensinya itu. Banyak buku yang dikarang oleh opourtunis-oportunis, karena
buku karanganya tidak sesuai dengan kemampuannya yang ditulis. Karena banyak
yang ditulis tidak dipahami oleh penulisnya sendiri, mengumpulkan bahan atau
materi dari sana-sini untuk menjadi sebuah buku dan ini menjadi rantai setan
yang tidak ada pangkal dan ujungnya. Sehingga dalam melakukan sesuatu hatus
memperhatikan dimensi-dimensi, janganlah melampaui dimensi, jika melampaui
berarti kita telah melakukan tindakan korupsi terhadap dimensi yang telah
diberikan.
Pendidikan
yang memerdekakan itu seperti apa, intuisi adalah ruang dan waktu. Seseorang yang
mengatakan itu berlangsung hingga sepuluh tahun hingga ia sama dalam
mengatakannya maka ia akan termakan akan mitosnya. Sehingga intuisi itu sesuai
dengan ruang dan waktu, yang selalu berkembang. Term yang berkembang misalnya
kata-kata yang sekarang dipakai dan dulu belum ada adalah jadian, dulu berarti
siluman namun sekarang berarti sebagai kata pacaran. Itulah term-terma yang
berkembang. Sehingga kata merdeka, mereka mengerti merdeka setelah mereka
belajar ilmu sejarah ’45 itu dilakukan secara formal. Merdeka dapat diartikan pembebasan kebodohan,dalam lingkup pendidikan.
Bebas dapat diartikan lepas dari keterikatan jika mereka berada dalam suatu
organisasi.
1. Apakah
pendidikan yang dilakukan dapat terlepas dari intuisi yang dibangun para
gurunya ?
2. Bagaimana
seorang anak yang lupa akan jati dirinya, agar mampu mengingat keberadaannya
sebagai insan bermasyarakat ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar