Sabtu, 12 Januari 2013

refleksi tanggal 8 januari 2013


Intuisi dalam Pribadi Manusia akan Pengetahuan

Sebuah referensi yang digunakan dalam karya ilmiah adalah merujuk kepada orang (pengarang) dan karyanya (makalah) secara ilmiah. Terkadang orang merujuk referensi kepada websait, padahal websait itu bukanlah sebuah referensi yang patut untuk digunakan. Websait itu bukan referensi, tetapi tempat beradanya referensi yang dubuat oleh seseorang. Sebuah websait sama halnya dengan sebuah meja, lemari, locker dan tas, disana sesuatu benda di letakkan tanpa diketahui siapa pengarang atau jenis karya ilmiahnya. Serta elegi yang ada dalam pembelajaran filsafat itu tidak juga dapat digunakan sebagai sebuah referensi, karena tidak memuat jenis karya ilmiah dari sang penulis. Elegi itu dibuat dengan tujuan untuk pembelajaran filsafat secara intuitif melalui intuisi yang dipahami. Akan tetapi sebuah elegi bisa juga menjadi referensi jika dia memuat sebuah karya ilmiah dari seseorang. Karya ilmiah itu bisa berupa buku yang sudah di SN/SNB, jurnal yang telah terakreditasi, atau juga berupa makalah yang telah dipresentasikan di seminar nasional/internasional, dan selain hal yang disebutkan itu bukanlah sebuah karya ilmiah.
Kategori penulis ilmiah adalah S3 atau professor untuk lingkup luar negeri, namun untuk kancah lokal bisa seperti skripsi, tesis, dan desertasi. Meskipun seorang telah memiliki gelar professor atau doktor, karya yang ditulisnya bisa juga untuk diragukan kebenarannya jika tidak sesuai dengan gelar, jurusan atau keahlian yang ditekuni. Cara untuk meragukan dengan mencari karya-karya ilmiahnya berupakualitas tulisan, kualitas dari penulisnya secara formal dan substansif. Secara formal dapat diartikan jika karya ilmiahnya yang ditulis sesuai dengan jurusan yang menunjang dan secara substansif dapat diartikan jika sesuai dengan karya-karya yang menunjang. Seperti contoh prof. Marsigit, beliau memiliki justification untuk dua hal yaitu dalam pembelajaran matematika dan filsafat. Karena untuk S2, beliau mengambil jurusan pada pendidikan metematika sehingga ketika beliau menulis buku tentang pembelajaran matematika, maka sudah sepantasnya beliau untuk menulis atau membuat karya ilmiah. Serta S3 nya beliau mengambil filsafat maka betullah dia jika menulis buku atau karya yang mengenai hal filsafat dan layak untuk memperoleh kebenaran atau diyakini oleh para pembaca/pemakai karyanya.
Prof. Pernah menjalin kerjasama dengan universitas Maillbourne, Australia yaitu ketika beliau menjadi anggota WCU (World Class University). Beliau memiliki semangat yang membara, tulus dan ikhlas, namun itu semua tidak cukup untuk menjalin kerjasama dengan mereka. Faktor terpenting dan faktor lain adalah dari segi ekonomi, karena perbedaan segi ekonomi sangat mencolok dengan mereka yang dapat terlihat dari aplikasi gaji di Indonesia selama 5 bulan yang hanya mampu untuk mencukupi kehidupan di Australia selama satu minggu dan itu meliputi untuk semua instansi. Itulah kesenjangan kita dengan luar negeri. Kerjasama yang dilakukan oleh Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dengan Maillbourne dalam bentuk join research, namun meskipun Indonesia memiliki banyak dosen dengan lulusan S2 ataupun S3 baik dari dalam negeri ataupun luar negeri kerjasama tidak serta merta langsung untuk dilakukan. Dalam melaksanakan kerjasama itu, terlebih dahulu dosen-dosen kita harus kuliah dulu dengan universitas yang diajak kerjasama. Mereka harus kuliah dulu di universitas yang diajak kerjasama, kemudian ketika melakukan penelitian akan dipandu oleh dosen yang bersangkutan di universitas itu. Dengan kondisi demikian para dosen yang kuliah itu akan memiliki chemistry dan pada akhirnya akan mudah untuk melakukan penelitian join research. Hasil dari penelitian itu dapat dimasukkan dalam jurnal, nama dosen pembimbing disebutkan dalam jurnal itu. Chemistry yang timbul akan mempermudah melakukan penelitian-penelitian berikutnya.
Melakukan fotokopi itu tidak seluruh dari isi buku tersebut, melainkan memerlukan adab atau tata cara dalam mengkopi. Mengkopi secara keseluruhan dalam buku, berarti melakukan plagiatisme dan merugikan hasil karya orang lain. Dalam mengkopi buku hanya boleh secukupnya, satu chapter yang diperlukan saja jika itu menerapkan adab berfotokopi.
Memanfaatkan buku harus dengan melihat pengarang, hasil karya yang dibuat. Dengan demikian cara menilai buku adalah melihat penulis, akuntabel atau tidak penulisnya, memiliki latar belakang yang menunjang dalam menulis sebuah buku atau tidak, serta di dukung dengan penelitian. Negara Indonesia banyak penulis-penulis yang oportunitif yaitu menjadi seorang penulis buku, yang disebabkan susah dalam mencari pekerjaan dan tidak diterima dalam melamar pekerjaan.
Manfaat dari intuisi adalah mampu menjelaskan sesuatu tanpa harus mengartikan sesuatu itu secara mendetail. Sebagai contoh kapan kita mampu membedakan laki-laki dan perempuan, kalau waktu sekolah seorang bapak guru menjelaskan atau mendefinisikan laki-laki adalah manusia yang memiliki kumis dan seorang perempuan adalah jika ia memiliki rambut yang panjang. Namun definisi itu salah dan tidak tepat serta kacau balau. Bagaimana jika kita melihat seseorang perempuan yang memiliki rambut pendek, apakah ia disebut dengan laki-laki. Kan definisi yang di atas menjadi kurang tepat dan itulah intuisi. Proses awalnya pemahaman secara intuitif dalam diri hingga memiliki pemahaman determin dari diri yang kokoh hingga mampu membedakan laki-laki dan perempuan secara benar. Kategori akan turun menjadi regulasi, dalam bahasa pemerintahan regulasi berarti peraturan. Intuisi tumbuh dan mengkonstruk dalam diri di awali dengan mulainya kita mengikuti pendidikan. Intuisi itu jarang dipahami oleh sebagian besar pengajar, mereka hanya mengajar sebatas yang ia mampu. Sehingga kegiatan yang dilakukan, dia sendiri tidak mengetahui atau mengerti yang ia lakukan dan hanya sebatas seperti air yang mengalir, yang akan jatuh pada tempat yang lebih rendah.
Setiap daerah memiliki budaya yang berbeda-beda, karena kita berada di daerah jawa dengan budaya jawa. Kadang orang itu melakukan kegiatan, yang tanpa mereka sadari karena ada fatamorgana oleh ritual yang lain, sebagai contoh pada orang yang pamitan haji. Pada dasarnya tujuan dari acara itu adalah untuk meminta maaf kepada handai tolanda. Dahulu meminta maaf itu harus mendatangi rumah satu persatu, karena kurang efektif maka si pemilik acara itu mengadakan acara pengajian. Dengan begitu acara yang tadinya harus berkeliling kampong untuk meminta maaf, mereka hanya cukup dirumah dengan mengundang para masyarakat untuk datang menghadiri pengajian yang diadakan. Sehingga masyarakat telah terfatamorgana oleh acara pengajian itu. Namun masyarakat yang tahu permasalahan atau agenda dalam pamitan haji itu, terkadang mereka malah tidak menghadiri acara itu dengan alas an jika mereka menginginkan maaf harusnya datang ke hadapan saya (yang dimintai maaf).
Banyak persoalan filsafat, dapat berupa kemampuan orang tua dengan menggunakan sesuatu yang berbeda dengan orang tua yang lain, seperti gaya atau penampilan yang seperti gaya anak muda. Persoalan filsafat dapat juga menyangkut masalah spiritual, semua persoalan filsafat itu mengalir dan membutuhkan energi. Seorang guru  atau dosen filsafat memiliki kesamaan dengan dalam dalam pewayangan. Seorang dalang  yang hebat tidak hanya sekedar tampil serta merta tanpa muatan-muatan tertentu missal memerlukan spiritual. Budaya wayang itu merupakan kolaborasi antara budaya hindu-islam, sehingga ritual yang digunakan sebelum melakukan aksi maka dalang melakukan ritual hindu-islam. Dalang dalam melakukan penampilannya, mereka harus melakukan ritual khusus seperti berpuasa, membakar kemenyan, semedi (bertapa) yang bertujuan agar aksi yang dilakukan tidak mendapati permasalahan/hambatan dan juga dapat menjadi tontonan yang menarik bagi masyarakat. Namun seorang guru atau dosen filsafat dalam mengajar filsafat memerlukan penghayatan hingga sampai pada spiritual. Jika telah sampai pada tingkat spiritual, maka tidak dapat mengklaim baik kebenaran maupun keadilan. Dan semuanya itu hanya ada disisinya. Maka seringkali pengajar filsafat, ketika berbicara spiritual maka dia mengajak diriya sendiri. Pengajar dalam melakukan pembelajaran yang dilakukan maka ritual yang dilakukan dengan berdoa di awal dan akhir pembelajaran. Belajar filsafat itu memiliki kajian yang berbeda-beda dan memiliki tingkatan yaitu berat, ringan dan mudah.
Kajian yang berupa berat yang berisi tentang theology (ketuhanan); etik dan estetika menyangkut arwah; tentang kebaikan dan keburukan; tentang cinta; ilmu bidang dan penerapannya sehari-hari; dan sex education. Pembelajaran sex education itu berbeda-beda pembelajarannya untuk masing-masing daerah, bagaimana kontekstualnya di jawa, papua dan daerah lain yang berisi topic tentang yang ada dan yang mungkin ada. Di Papua maka pembelajaran dilakukan dengan member penjelasan secara terpisah antara laki-laki dan perempuan serta di sekolah dengan menunjukkan gambar anatomi tubuh manusia. Budaya jawa itu menganggap sex education itu merupakan hal yang tabu dan tidak perlu untuk diungkapkan jika manusia itu tidak mengetahuinya. Hal terbukti dalam cerita rakyat jawa mengenai lagu-lagu atau cerita rakyat yang ternyata di dalamnya terdapat nuansa-nuansa sex education. Terlihat pada cerita rakyat jaka tingkir yang mampu mengalahkan buaya yang berjumlah 40. Serta pada keluarga yang dirasa sudah lama namun belum memiliki keturunan, sehingga orang tua mereka membawa mereka kepada orang pintar (sesepuh) untuk diberi wejangan berupa symbol dengan sebuah biji asam (klungsu) untuk dipecahkan tanpa menggunakan alat apapun, tangan maupun kaki hanya boleh untuk dipecahkan berdua saja. Itulah sex education yang diterapkan di budaya jawa. Sehingga dalam pembelajaran itu dibutuhkan kearifan yang digunakan dalam pengetahuan sex education agar tidak menyinggung budaya yang lain dan mengkomunikasikan tanpa memunculkan kefulgaran dalam berbicara atau yang lainnya. Karena dalam menyampaikan hal yang demikian tidaklah mudah seperti berbicara biasa, melainkan membutuhkan pengetahuan sebagai sarana pembelajaran akan pengetahuan yang akan dilakukan.

1.      Apakah orang tua zaman dahulu menggunakan intuisi dalam menjemput ajal mereka? Karena mereka terkadang mengetahui kapan akhir hidupnya?
2.      Apa yang menjadi perbedaan antara firasat seseorang dengan intuisi ?

Senin, 07 Januari 2013

refleksi tanggal 18 desember


Intuisi Seseorang Dalam Kehidupan

Belajar berfilsafat dapat diwujudkan dalam berolah pikir, mengatakan yang ada dan yang mungkin ada dalam segala hal secara bebas sesuai dengan norma-norma. Filsafat itu sebagai pembebasan untuk dapat mengatakan meta matematika, meta fisika, meta kehidupan, meta penglihatan. Ternyata yang ada dan yang mungkin ada memiliki meta nya masing-masing dan semua itu bersifat sebagai sintesis. Sebagai contoh pertanyaan apa yang dibalik oksigen, apa di balik…….. hingga mereka tidak mampu untuk menjawabnya, itulah yang dimaksud dengan sintesis. Dalam belajar filsafat perlu adanya adab berpikir, karena sebenar-benar filsafat adalah berpikir atau berolah pikir. Filsafat dikatakan sebagai onthologi karena dapat mempelajari dasar ilmu, sehingga sebenar-benar filsafat adalah penjelasanmu. Filsafat ilmu adalah segala hal yang memperbincangkan tentang ilmu yang ada dan yang mungkin ada dalam pendidikan. Filsafat matematika adalah memperbincangkan yang ada dan yang mingkin ada dalam pendidikan matematika. Dalam pengembangan ilmu mampukan memperbincangkan dalam pendidikan, jangan sampai dalam mengembangkan kurikulum seorang pengembang itu hanya bersifat parsial karena hanya tambal sulam untuk memperbaiki kurikulum. Pemerhatian dalam pengembangan kurikulum memahami kondisi yang ada dalam kehidupan ini, untuk memperoleh kurikulum yang benar-bnar dapat dijadikan acuan dalam pendidikan dan mampu membawa masyarakat kearah kemajuan pendidikan.
Filsafat itu adalah aturan meskipun buka aturan yang sebenar-benarnya, masalah adat sepenting-penting adat harus harus dipayungi dengan keimanan kita, pancasila dan berlandaskan pada UUD ’45. Seorang yang belajar filsafat, mereka berlaku sebagai foundalisme serta intuisialisme. Manusia kecil sekaligus besar, orang tua sekaligus muda, kaya sekaligus miskin, orang bodoh sekaligus pintar, orang malas sekaligus kreatif dan masih banyak lagi. Itulah sebagai keterbatasan manusia agar mereka tidak berlaku sombong , sehingga keterbatasan itu merupakan rahmat tuhan, sehingga manusia perlu untuk mensyukuri nikmat dan karuniaNya yang telah diberikan. Sebagai contoh dalam pembelajaran filsafat yang menuntut siswa untuk membaca elegy sebagai pelaksanaan pembelajaran, sehingga ketika siswa tidak mau untuk membaca elegy berarti ia berlaku sombong karena telah mampu untuk mempelajari filsafat itu sendiri, dan itu adalah kesombongan yang sangat besar. Dalam berfilsafat menggunakan metode hereumatika/terjemah-menerjemahkan/silaturahim/metode hidup. Sesuai dengan kondrat manusia yang diberikan tuhan, maka metode yang digunaka adalah metode hidup. Berfilsafat itu terikat pada ruang dan waktu, yaitu mudah untuk diucapkan namun susah untuk diterapkan sesuai ruang dan waktunya. Ruang dan waktu tidak lain dan tidak bukan adalah intuisi, maka jangan berpikir ruang dan waktu hanya yang memiliki intuisi, namun yang lain juga memiliki intuisi.
Dalam berbicara dalam lingkungan masyarakat harus berlandaskan pada aturan dan kitab kuning agar tidak menyinggung yang lain, karena keharmonisan dalam masyarakat itu perlu dibangun dan dijaga agar tercipta kerukunan antar anggota masyarakat. Dalam mengkritisi seseorang harus melihat latar belakang orang itu yang dilakukan, mungkin itu bersifat sebagai prestasi atau dengan alasan tertentu yang memang perlu untuk dilakukan. untuk memperoleh kondisi normal. Potensi untuk melakukan aktivitas akan berjalan dengan baik jika ditunjang dengan kondisi tubuh yang normal. Seorang yang berfilsafat melingkupi semua yang ada dan yang mungkin ada karena memiliki potensi untuk melakukan sesuatu, dan mereka memiliki sifat kehidupan untuk perlu dihargai atau dihormati. Segala yang ada di dunia ini perlu untuk dijaga kelestariannya untuk mencapai keseimbangan kehidupan. Terkadang manusia lupa keberadaan di dunia ini diciptakan oleh tuhan untuk menjaga yang ada di dunia ini dan memanfaatkan sebaik-baiknya. Namun kemudian manusia bertindak mengeksploitasi segala yang ada untuk dimanfaatkan bagi kehidupannya tanpa memperhatikan dampak yang akan ditimbulkan dan itulah keserakahan manusia untuk memiliki semuanya. Dengan bertindak semena-mena terhadap sesama dengan mengharap keuntungan selalu ada pada dirinya.
Di dunia ini, setiap isi pasti memiliki wadah, baik yang ada dan yang mungkin ada. Meskipun bentuk wadahnya, manusia tidak menyadarinya. Air yang tumpah dikiranya tidak memiliki wadah, sesungguhnya wadah itu adalah ruangan yang ia tumpahi. Itulah kesadaran manusia akan suatu keadaaan. Manusia memiliki intuisi  dalam dirinya yang diperoleh dari pengalaman atas aktivitas dari kehidupan sehari-hari, mereka mengerti konsep enak, mengerti konsep cantik, mengerti konsep ganteng dan itu semua itu tidak perlu untuk dijelaskan mereka dalam kehidupan untuk diucapkan pengartiannya. Seorang yang autisme, tidak memiliki atau kehilangan intuisi dalam dirinya, konsep pendidikan yang benar yaitu dengan menumbuh kembangkan intuisi dalam diri siswanya. Sehingga mampu melakukan aktivitas atau memecahkan permasalahan yang dihadapi dengan baik, intuisi selalu dibangun dengan pengetahuan-pengetahuan yang baru. Karena pengetahuan yang lama akan mati dan tumbuh pengetahuan yang baru yang lebih baik. Pengetahuan yang hanya bertahan untuk konsep lama, berarti mereka termakan oleh mitos. Janganlah kamu termakan mitos, sehingga perlu untuk belajar dan belajar demi memperoleh pengetahuan yang baru. Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswanya, yang dilakukan oleh seorang guru adalah dalam upaya untuk mengembangkan intuisi dalam dirinya untuk semakin komplek.
Bagaimana pendidikan yang kita jalankan, apakah akan menuju pada kompetisi atau kolaborasi, itu semua bukan merupakan jawaban secara filsafat. Pendidikan bukanlah berifat kompetisi ataupun kolaborasi melainkan pembangunan pengetahuan kepada siswanya untuk menjadi tahu dan paham apa yang nantinya akan dilakukan. meskipun pada akhirnya berlaku pada kompetisi dalam penunjukkan pemerolehan hasil evaluasi. pendidikan dilakukan sebagai kewajiban atau kesadaran bagi seluruh pemangku kegiatan pendidikan. Pendidikan sebagai kewajiban pemerintah untuk menjalankan pendidikan, dan masyarakat perlu untuk memiliki kesadaran akan pendidikan untuk anak-anaknya untuk dapat maju dan memiliki pengetahuan. Merasa membutuhkan menjadikan pembelajaran akan berlanngsung dengan baik. Semangat dan motivasi belajar yang tinggi akan tumbuh jika itu sebuah kesadaran akan pendidikan. Tanpa paksaaan dari berbagai pihak dalam menjalankan pendidikan. Pendidikan yang berkembang, berarti tumbuh intuisi dalam diri siswanya, mereka menjadi tahu dan paham yang diajarkan kepada mereka. Intuisi didasarkan pada pengalaman-pengalaman dalam kehidupannya sehari-hari. Setiap orang memperoleh intuisi itu melalui hal yang berbeda-beda, sesuai dengan yang dilakukan oleh dirinya masing-masing. Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang mengerti rasa sakit saja dalam memperolehnya berbeda-beda, seperti dicubit sakit, ditendang sakit, jatuh sakit dan lain-lain, sehingga pengartian sakit seseorang itu berbeda-beda.
Zaman sekarang berbda dengan zaman dahulu, kalau zaman dahulu semua yang diucapkan para pejabat berlaku absolutism namun sekarang berbeda bersifat demokratisme. Para pejabat kebenaran yang diucapkan bersifat otoritatif, karena kekuasaan yang dimiliki. Sesungguhnya kebenaran yang sebenar-benarnya adalah kebenaran oleh Allah SWT. Manusia hanya mampu untuk meminta pentunjuk dalam memperoleh kebenaran. Tiada daya dan upaya yang dilakukan manusia untuk memperoleh kebenaran tanpa kuasaNya. Belajar filsafat tidak hanya diberikan kepada siapa saja melainkan meperhatikan kepada siapa itu diajarkan dan diperbincangkan. Filsafat belum mampu untuk diajarkan kepada anak-anak, filsafat itu bahasanya orang dewasa. Anak kecil belum mampu untuk menjangkaunya, bisa jadi perkataan kita akan menjadi bahan tertawa bagi orang yang belum memahami filsafat itu sendiri. Sehingga semua itu ada dimensinya masing-masing dan harus menyesuiakan dengan dimensinya itu. Banyak buku yang dikarang oleh opourtunis-oportunis, karena buku karanganya tidak sesuai dengan kemampuannya yang ditulis. Karena banyak yang ditulis tidak dipahami oleh penulisnya sendiri, mengumpulkan bahan atau materi dari sana-sini untuk menjadi sebuah buku dan ini menjadi rantai setan yang tidak ada pangkal dan ujungnya. Sehingga dalam melakukan sesuatu hatus memperhatikan dimensi-dimensi, janganlah melampaui dimensi, jika melampaui berarti kita telah melakukan tindakan korupsi terhadap dimensi yang telah diberikan.
Pendidikan yang memerdekakan itu seperti apa, intuisi adalah ruang dan waktu. Seseorang yang mengatakan itu berlangsung hingga sepuluh tahun hingga ia sama dalam mengatakannya maka ia akan termakan akan mitosnya. Sehingga intuisi itu sesuai dengan ruang dan waktu, yang selalu berkembang. Term yang berkembang misalnya kata-kata yang sekarang dipakai dan dulu belum ada adalah jadian, dulu berarti siluman namun sekarang berarti sebagai kata pacaran. Itulah term-terma yang berkembang. Sehingga kata merdeka, mereka mengerti merdeka setelah mereka belajar ilmu sejarah ’45 itu dilakukan secara formal. Merdeka dapat diartikan  pembebasan kebodohan,dalam lingkup pendidikan. Bebas dapat diartikan lepas dari keterikatan jika mereka berada dalam suatu organisasi.

1.      Apakah pendidikan yang dilakukan dapat terlepas dari intuisi yang dibangun para gurunya ?
2.      Bagaimana seorang anak yang lupa akan jati dirinya, agar mampu mengingat keberadaannya sebagai insan bermasyarakat ?

refleksi 11 desember


Kebenaran dan Keadilan

Manusia hidup dan berkembang selalu beriringan dengan pengetahuan yang dimiliki. Pengetahuan harus selalu berkembang agar manusia tidak termakan akan mitos sehingga membutuhkan jargon dalam dirinya agar tidak termakan mitosnya. Peristiwa demi peristiwa dilalui manusia, baik pahit maupun manis semua pasti akan dijalani tinggal bagaimana manusia menyesuaikan dengan kondisinya. Sehingga terkadang timbul kecemburuan sosial, memperoleh ketidakadilan akan suatu sikap dan itu membuat manusia merasa tidak nyaman dalam kehidupannya. Permasalahan itu menjadikan manusia mencari keadilan, untuk memperoleh keharmonisan, karena manusia tidak mampu memberikan keadilan yang seadil-adilnya. Meskipun manusia memberikan keadilan, namun keadilan tersebut mungkin berupa ketidakadilan. Keadilan yang absolute hanyalah milik Allah SWT, sebagai seorang umat manusai yang beragama, harus selalu berikhtiar agar diberikan petunjuk dari Allah untuk memiliki sifat adil. Keadilan manusia hanyalah bersifat relative, dengan sebatas kemampuan manusia. Dan keterbatasan manusia mencapai keadilan adalah terikat oleh ruang dan waktu.
Keadilan yang ada memerlukan kebenaran, didukung keberadaan suatu hal yang konkret terhadap permasalahan yang ada dan yang mungkin ada. Seorang direktur merasa benar jika memperoleh laporan dari karyawannya, jika ia seorang bayi merasa benar jika sudah mengulum sebuah benda yang dipegang, seorang siswa merasa benar jika sudah mengerjakan PR. Dalam memberikan sikap adil kepada orang lain, membutuhkan fakta-fakta yang ada untuk dianalisis agar manusia tidak terjebak akan mitos. Kebenaran akan fakta-fakta yang ada harus selalu dicari, digali sedalam-dalamnya demi terpenuhi pengetahuan yang baru. Janganlah manusia terdiam hingga mitos mendekati dan bersamanya, itulah sebenar mati dalam arti sedalam-dalamnya. Pengetahuan itu tidak akan pernah mati, tergantung manusia masih berusaha untuk mencari kebenaran akan suatu hal yang terjadi maupun yang akan terjadi. Segala sesuatu adalah rahasia illahi, tak ada daya dan upaya untuk menjangkau atau mengetahuinya. Selama manusia itu masih memiliki sifat kekurangan, kesombongan tidak akan pernah bersamanya. Sombong merupakan sifat setan yang paling dibenci Allah, semoga diampuni segala kesalahan dan diberikan petunjukNya. Manusia sering terpaku pada kebenaran yang fiktif, tanpa mengetahui permasalahan penyebab kejadian perkara. Dampak yang diberikan berupa ketidakadilan yang sering melanda semua pihak. Untuk itu para pemberi keadilan (hakim), mereka berusaha memberikan keadilan dengan berdasar pada sudut pandang subjektif dan objektif serta fakta-fakta yang ada. Semua dimunculkan hingga di analisis untuk memberikan hasil yang memuaskan dan aman bagi semua pihak yang di dasarkan pada kebenaran.
Akal diberikan tuhan untuk berpikir dan memikirkan segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada di dunia ini. Memisahkan antara tuntunan dan larangan serta kesemuanya itu sesuai dengan ajaran agama masing-masing dan telah diatur di dalamnya. Semua itu diberikan kepada manusia agar memanfaatkan limpahan yang telah diberikan tuhan. Tidak ada manusia yang sempurna, mereka semua memiliki keterbatasan dan menyadari akan keberadaan dirinya dalam ruang dan waktu. Kelebihan bukanlah sesuatu yang perlu untuk disombongkan, hal itu tidaklah sesuai  dengan sifat tuhan. Menjalankan segala sesuatu sesuai dengan fitrohnya, membina kehidupan yang harmonis antar sesama manusia karena kita merupakan makhluk sosial. Manusia sering melakukan hal yang didasarkan pada hedonisme, tidak mau terikat akan suatu hal atau aturan. Menurut mereka kebebasan itu lebih menyenangkan daripada terikat pada suatu keadaan. Itulah sebenarnya kerugian, sesungguhnya manusia berada di dalam kerugian waktu jika tidak memahami keberadaan waktu yang diberikan tuhan.
Dalam memperoleh ilmu, mengembangkan pengetahuan dibutuhkan pengarahan dan bimbingan yang intensif dari guru dan yang terdapat di dalamnya. Guru sebagai fasilitator pendidikan, mengarahkan dan membentuk pola pikir siswanya agar berkembang. Setiap siswa tidak mengetahui akan apa yang akan dilakukan sebelum diberikan pengarahan dari guru. Siswa akan bertanya-tanya akan kegiatan yang dilakukan, tidak memiliki pemahaman akan apa yang berjalan dimana sebelum diberikan petunjuk atau terjun langsung sebagai subjek belajar. Setelah mereka menjalani kegiatan, akan terbentuk pola pikir yang semakin berkembang mengikuti pengetahuan yang dimiliki. Pemahaman itu selalu berkembang, hingga memiliki pengetahuan mampu untuk disampaikan dan memberikan manfaat bagi orang lain. Itulah sebenar-benar pembelajaran yang berguna bagi pendidikan. Dalam memberikan pembelajaran harus diperhatikan hal-hal sebagai persiapan sebelum mengajar hingga tahap evaluasi.  

Pertanyaan
1.      Apakah kita harus menerima setiap putusan yang mungkin tidak memperoleh keadilan, atau selalu mencari kebenaran demi tercapainya keadilan ?
2.      Masih banyak warga pendidikan yang belum memperoleh keadilan dalam menikmati pendidikan yang sesungguhnya, bagaiman menilai sikap adil dalam bidang pendidikan ?

Senin, 03 Desember 2012

refleksi tanggal 27 Novembe 2012


Guru Sebagai Fasilitator Pendidikan

Setiap manusia menginginkan pendidikan bagi diri sendiri dan keluarga sebagai arah kemajuan akan kehidupannya. Belajar dapat dilakukan dengan melalui pendidikan formal dan non formal. Pendidikan formal dilakukan di sekolah-sekolah dan pendidikan non formal dilakukan melalui menggali sendiri pengetahuan itu, baik dengan membaca dan membaca akan buku-buku, materi-materi sesuai dengan bidang yang didalami. Dalam hal ini, guru sebagai fasilitator pendidikan dalam menyampaikan pembelajaran kepada siswa harus mendesain sedemikian agar pembelajaran yang diakukan dapat lebih mudah untuk dipahami dan diterima oleh siswa. Pendidikan lebih berdasarkan pada pengalaman a posteriori, dengan melakukan terlebih dahulu suatu kegiatan kemudian baru akan memperoleh sebuah kesimpulan atau pengalaman atas apa yang dilakukan. Kebanyakan pendidikan yang dilakukan oleh guru didasarkan atas pengalaman yang dilakukan para pendahulunya dan terus mengikuti tanpa melakukan pengembangan akan pengetahuan yang dimiliki, tanpa menyesuaikan atas apa yang terjadi pada diri siswa pada situasi sekarang. Setiap siswa memiliki karakteristik berbeda-beda, dalam menerima pemahaman materi yang disampaikan guru. Untuk itu guru perlu memahami karakteristik yang seperti apa yang diinginkan siswanya, agar pembelajaran yang dilakukan dapat memperoleh keberhasilan. Guru harus selalu membangun pengetahuan yang dimilikinya, agar tidak terjebak mitos yang selalu mengiringi  perjalanannya.
Seorang siswa sebelum melakukan kegiatan belajar, tidak mengerti apa-apa atas apa yang akan dilakukan dalam kegiatan belajar nantinya. Setelah kegiatan belajar dilaksanakan, pemahaman yang ada dan yang mungkin ada akan berkembang sedikit. Kemudian setelah kegiatan itu beberapa waktu berjalan, pemahaman akan semakin bertambah dan bertambah, dan pemahaman itu menjadi tumbuh dan berkembang. Hingga pada akhirnya siswa itu mampu memiliki pemahaman yang besar dan mampu bermanfaat bagi orang di sekelilingnya, keluarga dan masyarakat. Karena manusia itu tidak mampu hidup sendiri, manusia tercipta sebagai makhluk sosial sehingga perlu adanya sosialisasi dengan manusia yang lain sebagai bentuk aplikasi terhadap pengetahuan yang dimiliki.
Belajar harus berasal dari hal yang konkrit agar pemahaman yang dilakukan menjadi lebih mudah, sebagai seorang siswa pembelajaran yang dilakukan dengan media atau pengalaman yang nyata akan lebih mudah diterima oleh siswa daripada berdasarkan pada logika dan angan-angan. Siswa akan merasa sulit menerima pemahaman yang didasarkan pada logika dan angan-angan, karena dengan berpikir menjadikan siswa bingung terhadap pemahaman yang akan dilakukan. Pendidikan yang dilakukan oleh guru sekarang ini berdasarkan pada guru lebih mendominasi siswa, guru lebih mengetahui atas apa yang diajarkan, guru bersifat pasif, guru merasa menguasai dunia. Ini merupakan mitos yang telah berjalan bertahun-tahun hingga sampai saat ini. Sehingga pembelajaran yang berlangsung bersifat monoton tanpa berpikir realism terhadap kondisi sekarang. Guru tidak berpikir ideal, akan keterbatasan yang dimiliki oleh manusia, untuk itu individu perlu saling menghargai dan berpikir bahwa manusia memiliki banyak keterbatasan sehingga tidak mengetahui dunia seutuhnya untuk itu manusia perlu adanya membangun pengetahuan yang dimiliki secara terus menerus dan tidak mudah puas akan hasil yang dicapai.
Setiap manusia memiliki karakter yang berbeda-beda, karakter dapat dibangun melalui interaksi tentang yang ada dan yang mungkin ada. Seseorang yang belajar harus memiliki alat, sikap, kemampuan, keahlian dan pengetahuan. Hal tersebut harus saling melengkapi demi tercapai sifat dari pembelajaran yang dilakukan. Dengan belajar, manusia agar memperoleh kemampuan yang objektif sehingga dapat dimanfaatkan bagi orang lain yang membutuhkan. Guru yang mempunyai kemampuan yang terus dibangun akan lebih memberikan pengetahuan yang lebih luas daripada guru yang tidak membangun pengetahuan yang dimiliki dan hanya berdasarkan pada mitos bukan pada logos.

Pertanyaan :
1.      Bagaimana sikap dalam membangun seorang pelajar agar pola pendidikan dapat mencapai tujuan, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa ?
2.      Darimana menumbuhkan pemahaman dan perbaikan pola pendidikan yang berlangsung saat ini, karena banyak yang tidak sesuai dengan karakteristik siswa ?

Selasa, 27 November 2012

refleksi tanggal 20 november


Pendidikan Sarana Kemajuan Bangsa

Filsafat itu merupakan olah pikir, seseorang tidak menyadari bahwa dirinya berfilsafat. Seorang yang berfilsafat tidak akan pernah berpikir bahwa dirinya sedang berfilsafat. Berfilsafat itu berjalan dengan sendirinya, tanpa mau dikontrol dan mampu menempati pada ruang dan waktu. Seperti seekor kera yang tidak memikirkan apa yang telah dan akan dilakukannya, dilakukan secara tiba-tiba atau sebuah aktivitas yang tidak terkontrol oleh pikiran yang sebelumnya. Sehingga sifat dari kemampuan berpikirnya adalah bersifat a posteriori. Sedangkan manusia memiliki kemampuan berpikir yang bersifat a priori dan a posteriori, kemampuan a posteriori lebih berdasarkan pada pengalaman yang telah atau sedang berjalan, sedang a priori akan berpikir yang akan memunculkan intuisi dalam dirinya sehingga respek terhadap berbagai macam persoalan.
Sejarah filsafat ketika itu didominasi oleh gereja, segala sesuatu yang benar berasal dari gereja. Bumi itu sebagai pusat orbit tata surya pada zaman dlu, mneurut kitab gereja. Kemudian banyak yang tidak mengakui, Nicolas Copernicus menyatakan bahwa yang menjadi pusat tata surya sebenarnya adalah adalah matahari karena seluruh galaksi mengelilinginya. Filsafat berkembang sejak katolik, yang lebih dikenal dengan filsafat katolik yang berkembang hingga sekarang ini. Filsafat katolik mendasari semua filsafat yang berkembang, baik yang dibawa oleh islam atau yang lainnya. Filsafat yang dibawa islam sesungguhnya filsafat yang dimiliki oleh katolik, yang diselamatkan dari peperangan yang terjadi antara islam dan katolik dimana semua karya-karya katolik banyak yang dihilangkan dan sebagian telah diselamatkan dan dibawa umat islam dan kemudian dikembangkan. Selanjutnya perang yang kedua umat islam yang terkalahkan dan katolik memperoleh kejayaan. Jadi setiap filsafat yang berkembang hingga sekarang ini filsafat katoliklah yang melatarbelakangi kemampuan berfilsafat yang lainnya.
Setiap manusia menginginkan memperoleh pendidikan yang layak demi tercapainya kemakmuran dan kesejahteraan hidupnya untuk masa sekarang dan masa mendatang. Sebuah pendidikan mampu memberikan sumbangan yang begitu besar bagi kelangsungan sebuah negara, pola-pola kepemimpinan yang akan dilanjutkan dan perkembangannya. Pendidikan dapat dilakukan dengan formal dan non formal, keduanya dapat dijalankan oleh semua pihak yang mebutuhkan pengetahuan. Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam dan sumber daya manusia, perlulah pengelolaan agar dapat tercapai kemajuan dan memberikan sumbangan bagi setiap aspek yang berada di dalamnya. SDA yang melimpah tidak bermanfaat ketika tidak mampu untuk mengoperasionalkan, SDM yang banyak tidak akan memberikan sumbangan bagi pengelolaan SDA jika tidak memiliki kualifikasi pendidikan yang matang. Untuk itu pendidikan Indonesia dapat dinyatakan sebagai cermin perkembangan sebuah bangsa, berkembang tidak nya suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan pendidikan, seperti apa pendidikan yang diterapkan karena setiap bangsa memiliki orientasi pendidikan yang akan ditujukan pada kemajuan bangsa. Amerika serikat merupakan negara dengan penuh kejayaan dalam bidang industri dan teknologi, setiap pendidikan yang dilakukan harus mengacu pada dasar pengembangan teknologi. Power now adalah sebuah pilar teknologi, perkembangan teknologi yang begitu pesat yang bersifat kapitalism, pragmatism, unitilatian, hedonism. Ini semua dimiliki amerika serikat, dilakukan untuk memajukan dan mensejahterakan masyarakat dengan meminta kontribusi dari negara-negara lain dengan melakukan sebuah penanaman modal dan kerjasaman antar semua negara yang dirasa akan memberikan keuntungan. Sejarah telah mengukir kejayaan amerika serikat, dapat dilihat pada buku-buku dan biografi yang telah dapat diakses semua pihak. Hal ini yang mendorong Indonesia untuk maju dan berkembang mengikuti jejak yang dilakukan hingga menuai keberhasilannya. Setiap kemajuan industri di amerika selama dua puluh tahun yang lalu serasa Indonesia baru lahir atau baru diikuti oleh Indonesia dengan menapakkan kakinya bidang industri. Membuka pintu sebagai jalan untuk mengembangkan industri yang telah direncanakan, menghilangkankan segala ancaman. Segala ancaman merupakan keberhasilan yang besar yang akan diperolehnya. Tidaka ada sesuatu keberhasilan tanpa ada ancaman bagi semua pihak. Ini yang menjadi pengalaman a posteriori dari Indonesia melihat perkembangan yang diperoleh dari Negara yang berkembang. Banyak dampak yang diperoleh dari pemusatan pendidikan dalam industri antara lain banyaknya penggunaan narkoba, seks bebas,dan tawuran. Ini semua wujud nyata dari orientasi dari industri dalam bidang pendidikan, sehingga meninggalkan unsur-unsur lokal yang selalu dasar pondasi akhlak dari setiap siswa. Dalam tatanan pendidikan, dunia pendidikan dapat dibedakan menjadi lima antara lain :
1.      Dunia pendidikan kaum industri dan teknologi
2.      Dunia pendidikan kaum kerajaan feodal
3.      Dunia pendidikan old humanis
4.      Dunia pendidikan kaum progresif
5.      Dunia pendidikan sosio straktifis
Keberadaan negara Indonesia sekarang pada kedudukan dunia pendidikan kaum progresif, karena orientasi yang diberikan ditujukan kepada siswa. Mengorientasikan pendidikan pada industri, boleh-boleh saja asalkan menengok pada kemampuan sumber daya manusia nya, mampukah untuk diajak ke sana. Kalaupun belum alangkah baiknya tersusun dengan membuat strategi dengan atau tanpa meninggalkan unsur-unsur budaya yang telah melekat pada diri tiap bangsa. Pondasi yang paling kuat adalah budaya, merupakan ciri khusus bagi tiap bangsa. Menuju bangsa yang maju tanpa harus meninggalkan aspek budaya. Bagi negara yang berorientasi pada industri dan kemajuan, sebuah pendidikan dapat diartikan sebagai investasi untuk masa-masa mendatang, sebagai sarana pemerintahan dalam menuju kemakmuran, dan aplikasi dalam bidang teknologi yang telah dimiliki untuk dikembangkan lebih maju

Pertanyaan :
1.      Mampukah pendidikan Indonesia dalam rangka mengarah pada pola pendidikan Negara lain demi kemajuan dengan berorientasi pada budaya atau unsur lokal ?
2.      Bagaimana membatasai teknologi, sebagai negara yang konsumtif, indonesia dirasa sebagai pemakai teknologi tanpa batas bukan sebagai pencipta teknologi ?

Selasa, 13 November 2012

Refleksi 30 Oktober 2012


Abstraksi berdasar sifat-sifatnya

Berfilsafat berarti berpikir kritis terhadap yang ada dan yang mungkin ada. Berpikir kritis adalah memunculkan yang mungkin ada menjadi ada. Hal ini adalah sesuatu yang membutuhkan olah pikir yang logis, mampu mengolah thesis, antithesis dan sintetis. Sehingga seorang yang berfilsafat mampu memikirkan dari dimensi satu ke dimensi yang lain (dimensi yang berada di atasnya) menjadi sesuatu yang ada. Orang yang berpikir filsafat adalah bisa dikatakan sebagai filsuf, seorang filsuf berpikir tidak terlepas dari pemikiran yang ada dan yang mungkin ada. Mereka menjadi seorang transenden, baik kepada para muridnya dan dirinya sendiri. Karena dirinya memiliki kuasa dan berkuasa terhadap para bawahannya atau dimensi yang berada di bawahnya. Transenden merupakan sifat yang dimiliki dewa yang mampu membedakan dimensi yang di atasnya. Namun, setiap manusia pun menjadi trasnsenden terhadap apa yang dimilikinya, misal mereka transenden terhadap para bajunya, atau transenden terhadap apapun yang ada pada dirinya.
Pada zaman dahulu, pikiran para filsuf tidak mengenal nama-nama materiil sekarang sesuai pada ruang dan waktu. Aristoteles, plato, socrates, dkk tidak mengenal nama sarung, jilbab, dan kebaya. Karena nama materiil memiliki sifat yang luas, sifat warna, sifat corak, sifat bentuk, sifat bahan dan sifat harga. Kesemuanya itu tidak dipahami oleh para filsuf zaman dahulu. Setiap benda atau manusia memiliki sifat yang ada dan yang mungkin ada. Ketika seseorang dikatakan memiliki sifat marah, hal tersebut tidak dapat dijadikan sebuah kesimpulan. Karena terkadang orang tersebut bersifat manis, lembut dan penuh kasih sayang. Untuk itu sifat tersebut perlu dirasionalisasikan.
Berdasarkan sifat-sifat yang memiliki arti banyak terhadap yang ada dan yang mungkin ada sehingga perlu dilakukan abstraksi. Dengan abstraksi, membandingkan sifat-sifat lainnya dengan melakukan uji normatif, dengan demikian diperoleh arti yang jelas dan sesuai pada ruang dan waktu. Arti yang begitu luas harus didasarkan pada fakta, analitik dan sintetik. Sehingga pengartian dari fakta adalah berdasarkan kenyataan, analitik adalah memikirkan saja dan tidak perlu melakukannya, sintetik adalah melakukan terlebih dahulu kemudian memikirkannya. Sebagai contoh berita, normatif yang sesuai dengan berita adalah yang ada dan bersifat analitik. Karena setiap berita tidak perlu bersifat sintetik, karena bisa membahayakan. Berdasarkan sifat yang demikian sifat pengetahuan a posteriori berada pada unsure ini, hal ini dimiliki oleh pada anak kecil. Sedangkan analitik, sesuatu tersebut hanya cukup dipikirkan. Hal demikian bersifat pengetahuan a priori dan dimiliki oleh orang dewasa.

Pertanyaan :
1.        Fakta, sintetik dan analitik, Apakah dalam sebuah kehidupan ketiga unsure dalam menghadapi sebuah pemasalahan dapat digunakan semuanya dalam waktu bersamaan atau dilakukan secara sequensial ?
2.        Bagaimana memunculkan potensi yang dimiliki oleh seseorang agar dapat dimanfaatkan oleh orang lain ? 

Filsafat Alam dalam Kehidupan


Pewawancara              : Joko Narimo (12703251004)
Yang di wawancara    :  Bp. Louwes Jarfi


1.      Setiap manusia tercipta sebagai dewa, meski hanya menjadi dewa bagi dirinya sendiri. Kemudian apakah seorang bayi yang masih dalam kandungan juga bisa menjadi dewa? Kemudia menjadi dewa atas apa ?
Jawaban :
Bayi bisa menjadi dewa, karena ia merasa dijaga seorang ibu, diberi makan seorang ibu. Sebenarnya sadar atau tidak sadar ketika seorang ibu mengenakan pakaian pada tubuhnya atau selimut pada tubuhnya, bayi tersebut dianggap dewa, dijaga/dipelihara oleh ibunya. Sekalipun bayi tersebut tidak melakukan seperti orang dewasa/anak-anak berarti bayi tersebut tidak ada perlakuan terhadap bayi tersebut. Meskipun belum tahu untuk mengurus dirinya sendiri, namun dia diperlakukan seperti dewa.
Dampaknya adalah ketika bayi tersebut dilahirkan oleh seorang ibu ke dunia ini secara otomatis dia memiliki hal-hal yang menurut dia menjadi seorang dewa, diantaranya karakternya, kekuatannya, pikirannya dan sebagainya.
Tanggapan :
Saya setuju, namun seorang bayi dapat sebagai seorang objek dan subjek meskipun baru di dalam kandungan sang ibu. Mampu memerintahkan ibu, tapi juga sebagai objek oleh sang ibu. Seorang dewa menurut saya, dia bersifat sebagai subjek bukan menjadi objek.

2.      Cara membangun berpikir filsafat, karena setiap orang belum mampu memikirkannya. Bagaimana kita untuk berfilsafat, agar filsafat kita bisa diterima oleh orang lain dan tidak menganggap remeh orang lain ?
Jawaban :
Filsafat dimulai dari diri sendiri, tentu saja dengan belajar dari berbagai sumber pengetahuan yang menurut pengetahuan tentang filsafat itu sendiri. Yang dimaksudkan disini adalah sumber-sumber pengetahuan melalui buku-buku, guru/dosen atau orang lain yang lebih mengetahui ilmu tersebut. Setelah itu, baru kita mengungkapkan pengetahuan yang kita sudah kita miliki kepada publiks. Tujuannya adalah orang lain juga dapat mengetahui menimba pengetahuan dari kita kemudian orang/mereka secara singkat belajar filsafat itu adalah untuk menjadi saksi baik dari ilmu filsafat itu sendiri maupun melalui ilmu pengetahuan yang kita miliki selanjutnya, bahwa tidak seorang pun yang sebenar-benar mengetahui alam semesta ini, artinya kita harus mengerti bahwa kita masih belum tahu apa-apa, seperti kata socrates “saya tidak tahu apa-apa”.
Tanggapan :
Setuju, dalam membangun filsafat kepada seseorang yang belum mengenal filsafat sangatlah diperlukan pemahaman-pemahaman tersendiri agar dia mampu memahami apa arti sebuah filsafat. Seperti Prof. Marsigit yang membangun filsafat peserta didiknya melalui banyak membaca elegi-elegi. Dengan demikian pemahaman dapat diperoleh oleh seluruh peserta didik, meskipun hanya dengan taraf sedikit demi sedikit.
3.      Bagaimana filsafat mampu untuk menangkal budaya asing yang tidak sesuai dengan tradisi atau budaya bangsa kita ?
Jawaban :
Kita harus mengetahui/menguasai prinsip-prinsip yang kita hidupkan dalam kehidupan bersuku, bermasyarakat, berbangsai dan bernegara. Ketika budaya asing masuk, maka kita mampu memfilter budaya-budaya asing yang masuk mempengaruhi budaya kita. Hal yang lain adalah harus memiliki keyakinan yang baik kepada tuhan yang maha esa dan mengamalkan pancasila yang merupakan falsafah hidup bangsa dan negara kita, tanpa itu/lain hal yang mungkin ada kita sulit untuk membendung pengaruh budaya asing dalam kehidupan kita sehari-hari.
Tanggapan :
Setuju, filsafat sebagai filterisasi terhadap budaya yang berkembang, yang tidak sesuai dengan budaya timur. Masyarakat timur berfundamen terhadap nilai-nilai luhur pancasila, segala sesuatu yang tidak sesuai dengan pancasila bisa dinyatakan pelanggaran terhadap norma dan membuangnya sejauh-jauhnya.

4.      Bagaimana menjelaskan firasat berdasarkan filsafat ?
Jawaban :
Lewat intuisi/firasat seseorang dapat menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Firasat berhubungan dengan hal-hal yang ada dan yang mungkin ada, sehingga lewat firasat itu kita berfirasat tentang baik sesuatunya dalam pikiran kita tapi juga yang ada di luar pikiran kita.
Tanggapan :
Setiap manusia memiliki firasat dalam menghadapi perjalanan kisah hidupnya, namun semua masih berada dalam koridor keilmuan dan pikiran sebagai dasar dalam menghadapi segala sesuatu. Dengan adanya firasat seseorang mampu untuk mengenalikan dirinya terhadap berbagai bentuk perilaku.

5.      Fakta, sintesis dan analitik.
Apakah ketiga unsur tersebut, ketika seseorang menghadapi sebuah permasalahan dapat digunakan semua dalam waktu yang bersamaan atau secara sequensial ?
Jawaban :
Kaitan dengan ketiga hal tersebut, tidak semua dilakukan secara bersamaan atau dilakukan secara sequensial. Karena pada dasarnya setiap apa yang kita pikirkan berarti harus dimuat, dilakukan dan hal tersebut dijadikan sebagai bukti.
Tanggapan :
Saya setuju berdasarkan Jawaban tersebut. Segala sesuatu yang terjadi berarti fakta yang sesuai dengan kenyataan, setelah mengalami kejadian barulah seseorang dapat melaporkan perilaku dan mampu untuk dilakukan tindak lanjut atas perilaku tersebut.

6.      Apakah anda setuju terhadap pemikiran, bahwa ilmu itu benar jika dipikirkan ? kemudian bagaimana seseorang sastra jika hanya memikirkan karyanya saja sehingga tidak bisa dinikmati orang lain ?
Jawaban :
Ya, saya setuju.
Sudah pasti bahwa setiap karya atau ciptaan seseorang, bila tidak dipergunakan mengatakan/menuliskan kepada orang lain, maka otomatis karyanya itu tidak dapat dialami orang lain, alias dinikmati oleh dirinya sendiri.
Tanggapan :
Sebuah keilmuan akan benar hanya jika dipikirkan saja, akan tetapi akan salah jika dituangkan, hal yang demikian karena ketika sesuatu yang telah terjadi tidak dapat di ulangi lagi. Hanya dapat dilakukan sebuah tindakan agar hal itu tidak mampu terjadi lagi. Tindakan adalah sebuah bentuk aktualisasi atas apa yang dilakukan.

7.      Setiap manusia memiliki potensi yang ada dan yang mungkin ada, yang mungkin sangat besar kemampuannya. Bagaimana hal itu dapat dimunculkan/diketahui oleh pribadi sendiri sehingga memberikan manfaat bagi orang lain ?
Jawaban :
Sesungguhnya potensi yang dimiliki oleh seseorang tidak dapat diketahui oleh dirinya sendiri tanpa ditunjukkan/dibantu oleh orang lain agar potensinya itu dapat diketahui, karena potensi seseorang tidak dapat terukur tanpa diimplementasikan dalam setiap aktivitas, kegiatan-kegiatannya setiap waktu. Selanjutnya, bilamana potensinyatidak diketahui oleh seseorang, maka ia harus membantu meningkatkan atau mengangkat potensi orang lain pula.
Tanggapan :
Setuju, potensi seseorang dapat diketahui jika seseorang itu mampu untuk melakukan tindakan yang mampu memberikan hasil yang optimal. Dengan potensi tersebut mestinya dikembangkan sebaik-baiknya. Sebaik-baik ilmu adalah jika dia mampu memanfaatkannya baik demi diri sendiri maupun orang lain.

8.      Mampukah filsafat memikirkan tentang kejadian alam/fenomena-fenomena alam, seperti siklus terjadinya hujan. Meskipun panas yang dihantarkan sinar matahari yang begitu kuat, mengapa hujan juga tak kunjung datang ?
Jawaban :
Bahwa mestinya mampu membaca bahkan memikirkan hal-hal yang berkaitan dengan fenomena-fenomena yang terjadi dengan alam semesta ini, karena fenomena-fenomena itu tidak dapat berjalan sendiri/terpisah tetapi berkaitan satu dengan yang lainnya. Hal-hal yang pernah terjadi dapat membawa filsafat untuk memikirkan semua hal yang mungkin terjadi.
Tanggapan :
Siklus satu dengan yang lain dalam kehidupan memiliki peranan yang erat, permasalahan satu mampu memberikan dampak yang begitu dahsyat bagi kehidupan di dunia ini. Filsafat mampu untuk memikirkan kondisi yang melatarbelakangi sebuah permasalahan kehidupan. Ciptakan filsafat untuk mengerti arti penting kehidupan.

9.      Aku jauh tapi tak begitu jauh, aku dekat tapi tak mampu engkau tangkap, apakah makna dari perkataan itu ?
Jawaban :
Maknanya adalah bahwa filsafat itu sesungguhnya berasal dari kehidupan kita sehari-hari, tetapi terkadang kita sendiri tidak mampu untuk mengetahuinya, bahwa kehidupan kita dari waktu ke waktu merupakan sebuah filsafat yang kita sendiri tidak dapat dipahami.
Tanggapan :
Saya setuju. Setiap perilaku manusia sebenar-benar berada dalam lingkup filsafat. Sadar tidak sadar mereka berada dalam lingkup filsafat. Kondisi yang sedemikian itu menjadikan kebutuhan bagi setiap pengguna ilmu pengetahuan yang ada.

10.  Ketika manusia memiliki problema, yang tidak mampu untuk dipikirkannya. Bagaimana peran filsafat menanggapi hal itu ?
Jawaban :
Sebenar-benar, tak seorang pun dapat mampu memikirkan hal-hal yang di luar dari keterbatasan dirinya sendiri atau pikirannya sendiri, tetapi untuk memecahkan setiap masalah adalah harus memerlukan orang lain untuk membantu dalam menyelesaikan masalah itu, karena tak seorang pun yang dapat hidup sendiri tanpa orang lain. Kehidupan yang saling membantu sebenar-benar adalah filsafat yang dibutuhkan dalam setiap menyelesaikan penyelesaian setiap masalah.
Tanggapan :
Setuju, Setiap permasalahan tidak ada yang tidak dapat diselesaikan kecuali seseorang itu tidak mau berusaha menggali pengetahuan dari diri sendiri dan orang lain.

11.  Bencana alam timbul sedemikian rupa, hingga semua dipikirkan sebagai cobaan dari tuhan tentang perilaku manusia. Memang semua diberikan tuhan, sebagai seorang filsafat, bagaimana menanggapi hal tersebut sebagai seorang sosok logos ?
Jawaban :
Setiap musibah itu bisa terjadi karena ulah manusia itu sendiri/karena ketuaan unsur-unsur yang ada di dalam alam itu sendiri. Dari sudut pandang pengetahuan setiap musibah dapat kapan saja terjadi, tetapi tanggung jawab dari ilmu itu sendiri adalah harus memberikan pencerahan kepada manusia agar lebih harus bertanggung jawab terhadap alam dan lingkungan dimana dia hidup agar keharmonisan antara manusia dengan manusia, alam serta lingkungan tetap terjaga dengan baik.
Tanggapan :
Setuju, setiap cobaan yang diberikan oleh tuhan berupa amanah kepada umat manusia agar tidak merasa sombong tehadap yang dimilikinya dan selalu mendekatkan diri padanya.

12.  Bagaimana menanggapi permasalahan pendidikan di negara kita. Penyimpangan-penyimpangan yang telah merajalela bukan hanya sekedar perilaku, moral pun sudah banyak ternoda dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bagaimana menanggapi hal itu, jika anda sebagai seorang pelajar ?
Dan apakah yang harus dilakukan aparatur pemerintah, guru sebagai pelaksana pendidikan ?
Jawaban :
Untuk menanggapi, pertama adalah dari diri sendiri, terhadap hal-hal yang baru, yang muncul akibat IPTEK, kemudian pengetahuan yang dimiliki dan juga keyakinan yang dimiliki oleh setiap orang akan menjadi kekuatan untuk mencegah dirinya dari setiap kebobrokan sikap dan karakter. Bagaimanapun juga tidak dapat dipungkiri bahwa semakin banyak bahkan semakin tinggi pengetahuan manusia, maka semakin banyak juga yang terjadi perubahan-perubahan yang akan berdampak secara langsung terhadap kehidupan manusia. Banyak fakta yang terjadi akhir-akhir ini pada bangsa kita karena penerapan dari pendidikan baik yang dilakukan dirumah maupun di sekolah terkontaminasi lingkungan dan hal-hal yang lain sehingga dimana-mana karakter bangsa tidak lagi sesuai norma-norma, prinsip-prinsip baik dilihat dari tingkat religi dan juga norma-norma yang ada pada bangsa dan negara itu sendiri.
Harus peran pemerintah, guru adalah mengajarkan anak itu (siswa tentang karakter-karakter) yang harus dihidupkan dan dipraktikkan dari waktu ke waktu dan mendapat dukungan pemerintah dalam menangani masalah-masalah itu tanpa kerjasama yanag baik antara pemerintah dan sekolah maka tidak akan pernah terjadi kesepahaman, bahkan akan berdampak terhadap persoalan yang lebih banyak terjadi di negeri ini.
Tanggapan :
Setuju, Cuma sedikit menambah peran filsafat merupakan filter bagi pola kehidupan yang tidak sesuai dengan kaedah-kaedah pancasila sebagai suatu pendoman bangsa. Perkembangan IPTEK harus disesuaikan dengan norma, peradaban yang telah berlaku, zaman yang canggih tanpa adanya pondamen yang kuat pada masing-masing individu akan terjadi ketimpangan yang berujung pada perusakan.

13.  Bagaimana menyikapi sebuah cita-cita, apakah mesti dipikirkan atau diusahakan dengan berbagai cara ?
Jawaban :
Yang pasti untuk menanggapi sebuah cita-cita tidak hanya dipikirkan tetapi harus ditindak lanjuti dengan berbagai kiat untuk mencapai cita-cita itu. Dimulai dengan perencanaan-perencanaan yang semakin baik akan membawa seseorang untuk meraih masa depan, cita-citanya tanpa kerja keras/usaha seseorang tidak akan pernah meraih/mencapai cita-cita dan harapan.
Tanggapan :
Setiap perjalanan memiliki sebuah tujuan, akanlah tidak harmonis jika suatu perjalanan tidak memiliki arah dan tujuan kemana ia akan berujung. Sebuah bus saja memiliki tujuan, pesawat juga dan lainnya. Semua tindakan yang bermanfaat akan memerlukan sebuah pengorbanan, entah besar ataupun kecil pengorbanan itu harus segeralah di usahakan demi terciptanya kedamaian hidup.