Pewawancara :
Joko Narimo (12703251004)
Yang di wawancara : Bp.
Louwes Jarfi
1.
Setiap manusia
tercipta sebagai dewa, meski hanya menjadi dewa bagi dirinya sendiri. Kemudian apakah
seorang bayi yang masih dalam kandungan juga bisa menjadi dewa? Kemudia menjadi
dewa atas apa ?
Jawaban
:
Bayi bisa
menjadi dewa, karena ia merasa dijaga seorang ibu, diberi makan seorang ibu. Sebenarnya
sadar atau tidak sadar ketika seorang ibu mengenakan pakaian pada tubuhnya atau
selimut pada tubuhnya, bayi tersebut dianggap dewa, dijaga/dipelihara oleh
ibunya. Sekalipun bayi tersebut tidak melakukan seperti orang dewasa/anak-anak
berarti bayi tersebut tidak ada perlakuan terhadap bayi tersebut. Meskipun belum
tahu untuk mengurus dirinya sendiri, namun dia diperlakukan seperti dewa.
Dampaknya adalah
ketika bayi tersebut dilahirkan oleh seorang ibu ke dunia ini secara otomatis
dia memiliki hal-hal yang menurut dia menjadi seorang dewa, diantaranya karakternya,
kekuatannya, pikirannya dan sebagainya.
Tanggapan
:
Saya setuju,
namun seorang bayi dapat sebagai seorang objek dan subjek meskipun baru di
dalam kandungan sang ibu. Mampu memerintahkan ibu, tapi juga sebagai objek oleh
sang ibu. Seorang dewa menurut saya, dia bersifat sebagai subjek bukan menjadi
objek.
2.
Cara membangun
berpikir filsafat, karena setiap orang belum mampu memikirkannya. Bagaimana kita
untuk berfilsafat, agar filsafat kita bisa diterima oleh orang lain dan tidak
menganggap remeh orang lain ?
Jawaban
:
Filsafat dimulai
dari diri sendiri, tentu saja dengan belajar dari berbagai sumber pengetahuan
yang menurut pengetahuan tentang filsafat itu sendiri. Yang dimaksudkan disini
adalah sumber-sumber pengetahuan melalui buku-buku, guru/dosen atau orang lain
yang lebih mengetahui ilmu tersebut. Setelah itu, baru kita mengungkapkan
pengetahuan yang kita sudah kita miliki kepada publiks. Tujuannya adalah orang
lain juga dapat mengetahui menimba pengetahuan dari kita kemudian orang/mereka
secara singkat belajar filsafat itu adalah untuk menjadi saksi baik dari ilmu
filsafat itu sendiri maupun melalui ilmu pengetahuan yang kita miliki selanjutnya,
bahwa tidak seorang pun yang sebenar-benar mengetahui alam semesta ini, artinya
kita harus mengerti bahwa kita masih belum tahu apa-apa, seperti kata socrates “saya
tidak tahu apa-apa”.
Tanggapan
:
Setuju, dalam
membangun filsafat kepada seseorang yang belum mengenal filsafat sangatlah
diperlukan pemahaman-pemahaman tersendiri agar dia mampu memahami apa arti
sebuah filsafat. Seperti Prof. Marsigit yang membangun filsafat peserta
didiknya melalui banyak membaca elegi-elegi. Dengan demikian pemahaman dapat
diperoleh oleh seluruh peserta didik, meskipun hanya dengan taraf sedikit demi
sedikit.
3.
Bagaimana filsafat
mampu untuk menangkal budaya asing yang tidak sesuai dengan tradisi atau budaya
bangsa kita ?
Jawaban
:
Kita harus
mengetahui/menguasai prinsip-prinsip yang kita hidupkan dalam kehidupan
bersuku, bermasyarakat, berbangsai dan bernegara. Ketika budaya asing masuk,
maka kita mampu memfilter budaya-budaya asing yang masuk mempengaruhi budaya
kita. Hal yang lain adalah harus memiliki keyakinan yang baik kepada tuhan yang
maha esa dan mengamalkan pancasila yang merupakan falsafah hidup bangsa dan
negara kita, tanpa itu/lain hal yang mungkin ada kita sulit untuk membendung
pengaruh budaya asing dalam kehidupan kita sehari-hari.
Tanggapan
:
Setuju, filsafat
sebagai filterisasi terhadap budaya yang berkembang, yang tidak sesuai dengan
budaya timur. Masyarakat timur berfundamen terhadap nilai-nilai luhur
pancasila, segala sesuatu yang tidak sesuai dengan pancasila bisa dinyatakan
pelanggaran terhadap norma dan membuangnya sejauh-jauhnya.
4.
Bagaimana menjelaskan
firasat berdasarkan filsafat ?
Jawaban
:
Lewat intuisi/firasat
seseorang dapat menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari. Firasat berhubungan dengan hal-hal yang ada dan yang mungkin ada,
sehingga lewat firasat itu kita berfirasat tentang baik sesuatunya dalam
pikiran kita tapi juga yang ada di luar pikiran kita.
Tanggapan
:
Setiap manusia
memiliki firasat dalam menghadapi perjalanan kisah hidupnya, namun semua masih
berada dalam koridor keilmuan dan pikiran sebagai dasar dalam menghadapi segala
sesuatu. Dengan adanya firasat seseorang mampu untuk mengenalikan dirinya
terhadap berbagai bentuk perilaku.
5.
Fakta, sintesis
dan analitik.
Apakah ketiga
unsur tersebut, ketika seseorang menghadapi sebuah permasalahan dapat digunakan
semua dalam waktu yang bersamaan atau secara sequensial ?
Jawaban
:
Kaitan dengan
ketiga hal tersebut, tidak semua dilakukan secara bersamaan atau dilakukan
secara sequensial. Karena pada dasarnya setiap apa yang kita pikirkan berarti
harus dimuat, dilakukan dan hal tersebut dijadikan sebagai bukti.
Tanggapan
:
Saya setuju
berdasarkan Jawaban tersebut. Segala
sesuatu yang terjadi berarti fakta yang sesuai dengan kenyataan, setelah
mengalami kejadian barulah seseorang dapat melaporkan perilaku dan mampu untuk
dilakukan tindak lanjut atas perilaku tersebut.
6.
Apakah anda
setuju terhadap pemikiran, bahwa ilmu itu benar jika dipikirkan ? kemudian
bagaimana seseorang sastra jika hanya memikirkan karyanya saja sehingga tidak
bisa dinikmati orang lain ?
Jawaban
:
Ya, saya setuju.
Sudah pasti bahwa
setiap karya atau ciptaan seseorang, bila tidak dipergunakan mengatakan/menuliskan
kepada orang lain, maka otomatis karyanya itu tidak dapat dialami orang lain,
alias dinikmati oleh dirinya sendiri.
Tanggapan
:
Sebuah keilmuan
akan benar hanya jika dipikirkan saja, akan tetapi akan salah jika dituangkan,
hal yang demikian karena ketika sesuatu yang telah terjadi tidak dapat di
ulangi lagi. Hanya dapat dilakukan sebuah tindakan agar hal itu tidak mampu
terjadi lagi. Tindakan adalah sebuah bentuk aktualisasi atas apa yang
dilakukan.
7.
Setiap manusia
memiliki potensi yang ada dan yang mungkin ada, yang mungkin sangat besar
kemampuannya. Bagaimana hal itu dapat dimunculkan/diketahui oleh pribadi
sendiri sehingga memberikan manfaat bagi orang lain ?
Jawaban
:
Sesungguhnya potensi
yang dimiliki oleh seseorang tidak dapat diketahui oleh dirinya sendiri tanpa
ditunjukkan/dibantu oleh orang lain agar potensinya itu dapat diketahui, karena
potensi seseorang tidak dapat terukur tanpa diimplementasikan dalam setiap
aktivitas, kegiatan-kegiatannya setiap waktu. Selanjutnya, bilamana potensinyatidak
diketahui oleh seseorang, maka ia harus membantu meningkatkan atau mengangkat
potensi orang lain pula.
Tanggapan
:
Setuju, potensi
seseorang dapat diketahui jika seseorang itu mampu untuk melakukan tindakan
yang mampu memberikan hasil yang optimal. Dengan potensi tersebut mestinya
dikembangkan sebaik-baiknya. Sebaik-baik ilmu adalah jika dia mampu
memanfaatkannya baik demi diri sendiri maupun orang lain.
8.
Mampukah filsafat
memikirkan tentang kejadian alam/fenomena-fenomena alam, seperti siklus
terjadinya hujan. Meskipun panas yang dihantarkan sinar matahari yang begitu
kuat, mengapa hujan juga tak kunjung datang ?
Jawaban
:
Bahwa mestinya mampu
membaca bahkan memikirkan hal-hal yang berkaitan dengan fenomena-fenomena yang
terjadi dengan alam semesta ini, karena fenomena-fenomena itu tidak dapat
berjalan sendiri/terpisah tetapi berkaitan satu dengan yang lainnya. Hal-hal
yang pernah terjadi dapat membawa filsafat untuk memikirkan semua hal yang
mungkin terjadi.
Tanggapan
:
Siklus satu
dengan yang lain dalam kehidupan memiliki peranan yang erat, permasalahan satu
mampu memberikan dampak yang begitu dahsyat bagi kehidupan di dunia ini. Filsafat
mampu untuk memikirkan kondisi yang melatarbelakangi sebuah permasalahan
kehidupan. Ciptakan filsafat untuk mengerti arti penting kehidupan.
9.
Aku jauh tapi
tak begitu jauh, aku dekat tapi tak mampu engkau tangkap, apakah makna dari
perkataan itu ?
Jawaban
:
Maknanya adalah
bahwa filsafat itu sesungguhnya berasal dari kehidupan kita sehari-hari, tetapi
terkadang kita sendiri tidak mampu untuk mengetahuinya, bahwa kehidupan kita
dari waktu ke waktu merupakan sebuah filsafat yang kita sendiri tidak dapat
dipahami.
Tanggapan
:
Saya setuju. Setiap
perilaku manusia sebenar-benar berada dalam lingkup filsafat. Sadar tidak sadar
mereka berada dalam lingkup filsafat. Kondisi yang sedemikian itu menjadikan
kebutuhan bagi setiap pengguna ilmu pengetahuan yang ada.
10. Ketika manusia memiliki problema, yang tidak mampu
untuk dipikirkannya. Bagaimana peran filsafat menanggapi hal itu ?
Jawaban
:
Sebenar-benar,
tak seorang pun dapat mampu memikirkan hal-hal yang di luar dari keterbatasan
dirinya sendiri atau pikirannya sendiri, tetapi untuk memecahkan setiap masalah
adalah harus memerlukan orang lain untuk membantu dalam menyelesaikan masalah
itu, karena tak seorang pun yang dapat hidup sendiri tanpa orang lain. Kehidupan
yang saling membantu sebenar-benar adalah filsafat yang dibutuhkan dalam setiap
menyelesaikan penyelesaian setiap masalah.
Tanggapan
:
Setuju, Setiap permasalahan
tidak ada yang tidak dapat diselesaikan kecuali seseorang itu tidak mau
berusaha menggali pengetahuan dari diri sendiri dan orang lain.
11. Bencana alam timbul sedemikian rupa, hingga semua
dipikirkan sebagai cobaan dari tuhan tentang perilaku manusia. Memang semua
diberikan tuhan, sebagai seorang filsafat, bagaimana menanggapi hal tersebut
sebagai seorang sosok logos ?
Jawaban
:
Setiap musibah
itu bisa terjadi karena ulah manusia itu sendiri/karena ketuaan unsur-unsur
yang ada di dalam alam itu sendiri. Dari sudut pandang pengetahuan setiap
musibah dapat kapan saja terjadi, tetapi tanggung jawab dari ilmu itu sendiri
adalah harus memberikan pencerahan kepada manusia agar lebih harus bertanggung
jawab terhadap alam dan lingkungan dimana dia hidup agar keharmonisan antara
manusia dengan manusia, alam serta lingkungan tetap terjaga dengan baik.
Tanggapan
:
Setuju, setiap
cobaan yang diberikan oleh tuhan berupa amanah kepada umat manusia agar tidak
merasa sombong tehadap yang dimilikinya dan selalu mendekatkan diri padanya.
12. Bagaimana menanggapi permasalahan pendidikan di
negara kita. Penyimpangan-penyimpangan yang telah merajalela bukan hanya
sekedar perilaku, moral pun sudah banyak ternoda dengan adanya perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Bagaimana menanggapi hal itu, jika anda sebagai
seorang pelajar ?
Dan apakah yang
harus dilakukan aparatur pemerintah, guru sebagai pelaksana pendidikan ?
Jawaban
:
Untuk
menanggapi, pertama adalah dari diri sendiri, terhadap hal-hal yang baru, yang
muncul akibat IPTEK, kemudian pengetahuan yang dimiliki dan juga keyakinan yang
dimiliki oleh setiap orang akan menjadi kekuatan untuk mencegah dirinya dari
setiap kebobrokan sikap dan karakter. Bagaimanapun juga tidak dapat dipungkiri
bahwa semakin banyak bahkan semakin tinggi pengetahuan manusia, maka semakin
banyak juga yang terjadi perubahan-perubahan yang akan berdampak secara
langsung terhadap kehidupan manusia. Banyak fakta yang terjadi akhir-akhir ini
pada bangsa kita karena penerapan dari pendidikan baik yang dilakukan dirumah
maupun di sekolah terkontaminasi lingkungan dan hal-hal yang lain sehingga
dimana-mana karakter bangsa tidak lagi sesuai norma-norma, prinsip-prinsip baik
dilihat dari tingkat religi dan juga norma-norma yang ada pada bangsa dan
negara itu sendiri.
Harus peran
pemerintah, guru adalah mengajarkan anak itu (siswa tentang karakter-karakter)
yang harus dihidupkan dan dipraktikkan dari waktu ke waktu dan mendapat
dukungan pemerintah dalam menangani masalah-masalah itu tanpa kerjasama yanag
baik antara pemerintah dan sekolah maka tidak akan pernah terjadi kesepahaman,
bahkan akan berdampak terhadap persoalan yang lebih banyak terjadi di negeri
ini.
Tanggapan
:
Setuju, Cuma sedikit
menambah peran filsafat merupakan filter bagi pola kehidupan yang tidak sesuai
dengan kaedah-kaedah pancasila sebagai suatu pendoman bangsa. Perkembangan IPTEK
harus disesuaikan dengan norma, peradaban yang telah berlaku, zaman yang
canggih tanpa adanya pondamen yang kuat pada masing-masing individu akan
terjadi ketimpangan yang berujung pada perusakan.
13. Bagaimana menyikapi sebuah cita-cita, apakah mesti
dipikirkan atau diusahakan dengan berbagai cara ?
Jawaban
:
Yang pasti untuk
menanggapi sebuah cita-cita tidak hanya dipikirkan tetapi harus ditindak
lanjuti dengan berbagai kiat untuk mencapai cita-cita itu. Dimulai dengan
perencanaan-perencanaan yang semakin baik akan membawa seseorang untuk meraih
masa depan, cita-citanya tanpa kerja keras/usaha seseorang tidak akan pernah
meraih/mencapai cita-cita dan harapan.
Tanggapan :
Setiap perjalanan
memiliki sebuah tujuan, akanlah tidak harmonis jika suatu perjalanan tidak
memiliki arah dan tujuan kemana ia akan berujung. Sebuah bus saja memiliki
tujuan, pesawat juga dan lainnya. Semua tindakan yang bermanfaat akan
memerlukan sebuah pengorbanan, entah besar ataupun kecil pengorbanan itu harus
segeralah di usahakan demi terciptanya kedamaian hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar