Rabu, 31 Oktober 2012

Filsafat bagi Kehidupan


Filsafat merupakan kuliah refleksi, dimana sebagian kegiatannya berupa kegiatan membaca. Membaca elegi, elegi merupakan catatan atau bacaan yang berasal dari kehidupan nyata, pikiran dan pengalaman-pengalaman. Beraneka ragam elegi yang dapat dijadikan panutan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam menambah pengetahuan, elegi merupakan salah satu khasanah penambah ilmu pengetahuan bagi pembaca. Dengan membaca dapat memahami begitu berartinya sebuah kehidupan, yang melingkupi yang ada dan yang mungkin ada. Pengetahuan memberikan manusia menjadi seimbang, tidak merasa kekurangan dan tidak berlebihan, tidak berkesehatan dan tidak berkesakitan dalam menjalani kehidupan dengan pandangan yang maju. Pengetahuan tidak hanya dapat diperoleh dengan pendidikan formal saja, melainkan dengan pengalaman bisa menjadi sumber pengetahuan. Dengan pengetahuan menjadikan kehidupan manusia menjadi tidak kosong dan tidak buta, karena kebanyakan kehidupan manusia adalah kosong dan buta. Nasehat seorang pejabat akan sangat digunakan, karena pejabat memliliki kuasa yang inilah nasehat yang tidak kosong. Berbeda dengan nasehat yang diberikan seorang pengembala, maka dengan sekejab nasehatnya tidaklah digunakan yang inilah nasehat yang kosong, karena pengembala tidak memiliki kekuasaan sehingga tidak kuasalah dirinya untuk memberi nasehat yang mampu dipergunakan.
Pengalaman manusia berasal dari pengalaman a priori dan a posteriori. Dimana pengelaman tersebut memiliki penerapan yang berbeda-beda. Pengalaman a priori kebanyakan digunakan atau dimiliki oleh seorang anak dewasa, mereka dapat menghentikan suatu kegiatan tanpa melaksanakan kegiatan yang didasarkan pada pengalaman yang telah dilakukan sebelumnya. Dengan demikian pengalaman yang kurang baik, atau ilmu yang tidak memberi keuntungan dengan seketika tidak dilakukannya, begitu juga sebaliknya jika pengetahuan itu baik maka hal tersebut dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya karena menguntungkan. Sedangkan pengalaman yang bersifat a posteriori kebanyakan digunakan oleh seorang anak kecil. Dengan melihat sesuatu terlebih dahulu, baru mereka dapat memberikan kesimpulan terhadap apa yang telah dilakukannya atau dilihatnya, karena pemikirannnya hanya mampu merekam sesuatu yang telah berjalan dan menyampaikan apa yang telah ada dalam pikirannya. Hal pengalaman a priori dan a posteriori harus didasarkan pada logika dan hati, jadi tidak semua makhluk hidup dapat menjalani pengalaman a priori maupun a posteriori, hanya manusia yang mampu memperoleh pengalaman yang sedemikian itu.
Pengetahuan menjadikan manusia menjadikan sebuah kebanggaan bagi manusia itu sendiri. Pengetahuan itu memberikan sifat kedewaan bagi manusia dan manusia yang lain, sifat kedewaan merupakan sifat yang menjadikan dirinya sebagai subjek, sedangkan objek merupakan segala sesuatu yang digunakan manusia yang menjadi subjek. Objek dapat berupa pakaian, sepatu, topi dst jika itu merupakan sifat kedewaan bagi dirinya sendiri, sedangkan objek bagi subjek yang memiliki kuasa antara lain berupa anak buah atau karyawan. Sebagai seorang subjek dapat melakukan segala sesuatu yang sesuai dengan keinginannya. Tanpa mengetahui apa yang dirasakan oleh objek, yang mungkin saja melakukan kegiatanatau tindakan yang semena-mena terhadap objek. Kemudian dengan kondisi yang seperti ini, seorang objek pun dapat menjadi subjek atas keinginannya, atas tindakan yang telah dilakukan oleh si subjek. Objek menyadari bahwa betapa menyakitkannya menjadi sebuah objek, objek pun bisa menjadi seorang subjek atas segala sesuatu yang ada dan mungkin ada yang melekat pada dirinya. Jadi pengetahuan dapat memberikan sifat kedewaan bagi sifat-sifatnya, sebagai seorang subjek yang mampu memerintah objek (mengendalikan objek) serta objek pun mampu menjadi subjek berdasar keinginan-keinginannya.

Pertanyaan :
1.      Kalau setiap manusia bisa menjadi dewa, dewa bagi dirinya sendiri. Lantas apakah seorang bayi pun yang masih dalam kandungan bisa menjadi dewa juga ?
Bagaimana menciptakan budaya berpikir filsafat, karena belum tentu semua orang mampu berpikir yang sedemikian 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar