Selasa, 23 Oktober 2012

refleksi 16 Oktober 2012


Keberadaan Manusia Pada Ruang dan Waktu

Manusia tercipta di dunia, tidak lain dan tidak bukan adalah untuk belajar dan terus belajar. Tanpa disadari seorang dalam setiap melakukan aktivitasnya terjadilah proses belajar, yang dilakukan secara tersendiri dan bukan melalui proses pendidikan formal. Sedangkan proses pendidikan formal adalah proses belajar yang dilakukan dalam lingkungan sekolah, yang didalamnya terdapat beberapa aspek yaitu sekolah, pengajar dan peserta didik. Dalam proses belajar dilakukan oleh pengajar dan peserta didik, yang disebutnya kegiatan belajar mengajar. Disinilah guru menuangkan atau menyampaikan pengetahuannya kepada peserta didik dengan sebenar-benar dan seluas-luasnya pengetahuannya. Hal yang demikian menjadikan pengajar menjadi bayang-bayang bagi para peserta didik, karena pengetahuan yang dimiliki peserta didik tidak bukan sama dengan pengetahuan yang dimiliki oleh guruya. Berbeda dengan pengetahuan filsafat, disana menuntut siswanya untuk belajar sesuai dengan kemampuannya, memaksimalkan yang dimiliki, menggali dan terus menggali potensi yang dimiliki dengan belajar dan belajar baik dengan ada pendamping maupun secara mandiri. Jadi seorang guru tidaklah harus menjadi sebuah bayang-bayang siswanya, sehingga menuntut kemandirian yang berbatas. Seorang yang memiliki pengetahuan yang cukup bisa dikatakan seorang dewa, dia memiliki kemampuan untuk memberikan petunjuk dan arahan kepada para pengikutnya, meluruskan sesuatu yang belum pada posisinya serta menegurnya demi tercapainya tujuan yang diharapkan bersama. Dalam hal ini seorang dewa bisa berupa atasan jika dia berada dalam instansi, kepala sekolah ataupun guru jika dalam lingkungan sekolah, kepala desa jika berada di dalam lingkugan masyarakat. Seorang dewa pun mampu mengetahui sesuatu dengan hanya melihat dengan sekilas, kemudian dapat menjawab bahkan menyimpulkan. Itulah sebenar-benar pengetahuan.
Manusia hidup berada pada ruang dan waktu, dimana keberadaan ruang ada di waktu dan sebaliknyaa keberadaan waktu ada di ruang. Inilah dua hal yang saling berkaitan dan sejalan. Dalam ruang itu ada beberapa bagian dimensi yang memiliki klasifikasi masing-masing untuk, tidaklah orang berpengetahuan dapat mencapainya. Berasal dari dalam diri sendiri saja, pastilah manusia memiliki sebuah nama ataupun sebutan yang diberikan oleh orang tuanya ketika lahir hingga akhir pada nantinya. Tanpa manusia sadari, nama yang diberikan oleh orang tuanya tidak sama dengan dirinya ketika lahir, karena perkembangan usia akan tetapi nama yang dimilikinya tetap tidak mengikuti perkembangan usia. Bisa juga ketika ketika orang menyebutkan bilangan dua, banyak orang menganggap dua itu beberapa hal, bisa telinga, bisa mata, bisa tangan, bisa kaki dan segala sesuatu asalkan berjumlah dua. Karena hal tersebut orang mengerti orang bukan karena orang, mengerti warna bukan karena warna, mengerti nama bukan karena nama, mengerti bilangan dua karena bilangan dua dapat berdiri sendiri dan lebih bermanfaat. Inilah yang disebut dengan ruang dimensi satu berupa singularitas.
Perasaan atau hati seseorang tidaklah mampu menanggung beban yang begitu berat, terkadang meluapkan semua perasaannya kepada seseorang dengan lugas dan jelas agar yang menjadi beban dalam perjalanan hidupnya dapat terasa nyaman. Kenyamanan dan ketentraman terwujud dengan ada sifat jujur, hal yang kecil namun bermanfaat bagi kehidupannya nantinya. Menginginkan sesuatu sesuai dengan fitrahnya, tanpa menambah dan menguranginya sehingga kehidupannya menjadi lurus-lurus aja. Inilah ruang dimensi dua yang berbentuk bidang datar yang didalamnya terdapat sifat kejujuran, refleksi dan proyeksi.
Meskipun manusia adalah makhluk yang paling sempurna jika dibanding dengan makhluk lain, akan tetapi manusia memiliki keterbatasan terhadap kemauan dan harapan. Kehidupan yang menuntut tingkat kebutuhan yang terus meningkat, adanya kesempatan yang luas serta mendapat dorongan sehingga kebanyakan yang terjadi adalah situasi korupsi. Disana mereka sebenar-benar menjalankan sesuatu yang menjadi kewajibannya, akan tetapi terkadang mereka terjerumus kedalamnya. Karena di dunia ini juga berbentuk melengkung, maka setiap hal yang terjadi adalah bidang melengkung. Hal lain yang terjadi pada setiap perjalanan seseorang menuju ke arah barat, maka suatu saat mereka akan berada kembali pada suatu titik yang ditinggalkan. Itulah yang sebenarnya ruang dimensi tiga, berupa kejadian-kejadian penyimpangan yang dilakukan manusia.
Alam semesta ini tercipta pasti ada yang menciptakan, dan memiliki tujuan yang jelas. Dalam islam, diciptakan alam semesta dan dilengkapi seluruh isinya dan semua diperuntukkan untuk manusia, yang tidak lain dan tidak bukan hanyalah untuk bersyukur dan beribadah kepada-Nya. Dan juga tuhan menciptakan jin, syetan dan manusia juga untuk beribadah kepada-Nya. Meskipun demikian, banyak juga yang tidak mempercayai hal tersebut, tentang keberadaan tuhan, malaikat, jin dan syetan karena pada kenyataannya itu tidak nyata, keberadaannya ada dimana, akan tetapi kita harus mempercayainya. Tidaklah semua hal yang berada di bumi haruslah nyata, semua merupakan pelengkap kehadirannya. Ternyata keberadaan tuhan, malaikat, jin dan syetan memiliki kedudukan pada ruang dimensi empat yang menyangkut permasalahan spiritual.
Ada ruang dimensi satu, ruang dimensi dua, ruang dimensi tiga, ruang dimensi empat dan ruang dimensi nol. Lantas dimana letak ruang dimensi nol, ruang dimensi nol berada pada potensi manusia itu sendiri. Manusia memiliki potensi untuk mengembangkan kemampuannya sesuai dengan bakat yang dimiliki. Sehingga sebuah potensi itu adalah digali sedalam-dalamnya untuk memperoleh potensi yang dimilikinya. Dengan potensi dapat dengan mudah menyelesaikan permasalahan-permasalahan. Berarti potensi berada pada pikiran manusia.

Pertanyaan :
1.         Dimana keberadaan seorang teroris pada ruang dimensi, karena dari segi agama keyakinan yang dimiliki kuat akan tetapi dalam segi hukum tindakannya yang menyalahi hukum?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar