Selasa, 09 Oktober 2012

Refleksi_Joko Narimo


Penerapan Pengetahuan di Kehidupan Sehari-Hari

Manusia tercpta di dunia ini di sertai dua hal yang saling bertentangan yaitu hidup dan mati. Hidup berupa kegiatan manusia/aktivitas manusia baik dengan segala kemanfaatannya maupun tidak. Dalam mencapai kemanfaatannya manusia harus memahami hakekat hidup, kenapa hidup dan untuk apa dia hidup. Dalam islam, manusia tercipat di dunia untuk melaksanakan ibadah kepada Allah SWT, menjalankan segala yang diperintah dan menajauhi segala yang menjadi larangan-Nya. Proses tersebut manusia akan timbul keinginan belajar, bagaimana hidup untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam melaksanakan proses tersebut harus melalui beberapa tahapan, jika setiap tahapan tidak dapat terpenuhi hal tersebut seperti manusia yang berada di ujung kematian. Sebagai contoh : terjadi proses evaluasi, kemudian hasil yang dicapai tidak dapat memenuhi harapan atau jauh dari harapan, itu menandakan manusia itu berada diujung kematian. Jika hal tersebut terus berlanjut bisa mengakibatkan kematian yang mengenaskan. Kematian yang buka berarti mati yang sebenar-benarnya dan dalam arti yang seluas-luasnya, kematian ilmu menjadikan hidupnya berada di lubang neraka yang sangat menyakitkan. Manusia dikaruniai akal dan pikiran, bertujuan untuk menangkap semua yang berada sekitar kahidupannya dan mengaplikasikannya dalam hidup, jika tidak mengerti yang berada dilingkupnya ia hanyalah seperti mayat hidup. Akal dan pikiran manusia menjadikan manusia untuk berilmu, dilakukan dengan belajar dan terus belajar ataupun membaca dan membaca. Ilmu pengetahuan dapat diperoleh dengan dua paham, yaitu rasionalisme dan empirisme. Pengetahuan merupakan hasil kerjasama dua unsur, yaitu pengalaman dan kearifan akal budi. Pengalaman inderawi adalah unsur a posteriori dan pengalaman akal budi merupakan unsur a priori. Pengalaman inderawi berupa pengalaman yang diperoleh setelah melihat sesuatu yang terjadi. Contoh : melihat pemandangan alam, kemudia mereka dapat memberikan kesimpulan tentang keindahan, jumlah objek dan bagian-bagian objek; akan tetapi berbeda jika seseorang tersebut tidak memiliki akal meskipun sudah menyaksikan kejadian, mereka tidak mampu mengungkapkannya seperti pada hewan. Sedangkan pengalaman akal budi berupa pengalaman yang diperoleh sebelum mereka melaksanakan kegiatannya. Contoh : tidak mau masuk kandang harimau, karena harimau sangat buas dan bisa mengakibatkan kecelakaan; pisau/duri jika terkena kulit akan terasa sakit. Mengenai pengalaman inderawi dan pengalaman akal budi, seperti yang telah disampaikan Immanuel Kant sebagai penganut aliran kantianisme. Dengan demikian manusia diharapkan menggunakan pengalaman inderawi dan pengalaman akal budi untuk aktivitas sehari-hari secara positive dan konsisten.

Pertanyaan :
1.      Apakah pernyataan manusia seperti mayat-mayat yang berjalan bukan merupakan kesombongan bagi kita yang memiliki ilmu pengetahuan yang lebih?
2.      Apa filsafat yunani masih dipergunakan dalam kehidupan yang sekarang, ataukah yang dipergunakan saat ini merupakan filsafat islam?
3.      Lebih dahulu mana antara zaman nabi dengan mulai nya peradaban filsafat yunani kuno?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar